kaltengtoday.com, Sampit – Melonjaknya harga pasir dan tanah uruk membuat pihak pengusaha perumahan atau devloper di Kotim menjerit. Bahkan mereka harus menyiasati berbagai macam cara agar bisnisnya lancar dan tidak bangkrut.
Adapun harga tanah uruk, apabila membeli langsung di lokasi galian C di Jalan Jenderal Sudirman, harga yang awalnya Rp70 ribu, menjadi Rp150 ribu. Apabila menggunakan jasa truk, dari sebelumnya satu rit Rp250-270 ribu, naik menjadi Rp450 ribu.
Baca Juga : Hujan Deras Rendam Beberapa Kawasan Perumahan Tamiang Layang
Hal ini dikatakan Direktur PT Teratai Mas Sejahtera Norbet Hariswan. Dikatakannya, dengan kenaikan material bangunan berupa tanah uruk dan pasir ini membuat pihaknya keberatan dan menjerit. “Kenaikan tanah uruk dan pasir itu naiknya mencapai seratus persen lebih,”jelasnya, Selasa 11 April 2023.
Ditegaskan Haris sapaannya ini, Pemkab Kotim diharapkan agar turun langsung mengatasi masalah ini. Jika tidak mungkin tidak mungkin pengusaha perumahan atau deplover di Kota Sampit ini akan gulung tikar akibat tingginya biaya bangunan material tanah uruk dan pasir ini. Tambahnya.
“Apalagi kondisi tanah mayoritas di Sampit perlu tanah uruk dan pasir dalam jumlah banyak,”ucapnya.
Baca Juga : Pemprov Kalteng Waspadai Kenaikan Inflasi Menjelang Hari Raya Idul Fitri
Apalagi pada tahun ini, target pembangunan rumah bersubsidi di Kotim sekitar 1.200 unit. “Meroketnya harga material berdampak pada program tersebut. Harga satu unit rumah yang saat ini berkisar Rp164 juta, diperkirakan akan naik jika harga pasir dan tanah naik lagi, pasti yang membeli rumah pun sedikit dan program ini akan gagal,”tutupnya.[Red]
Discussion about this post