Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya
Tukul, salah satu pedagang bakso yang setiap harinya mangkal di pinggir ruas jalan Pasar Pelita Hilir, Kota Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya berpendapat, virus Corona atau Covid-19 direkayasa untuk oleh orang-orang tertentu, pasalnya sejauh ini dirinya menilai bahwa penularan Covid-19 sama halnya penyakit biasa seperti influenza atau Infeksi Saluran Napas Akut ( ISPA ).
“Tergantung kita saja mas yang menyikapinya, seperti saat ini bisa sampean lihat warga maupun pedagang sudah terbiasa tentang informasi atau isu virus Corona ini dan saya bersyukur masyarakat di Mura sebagian besar pemahamannya sama seperti saya yang dibuktikan dengan hingga saat ini dagangan saya masih laku dengan ramainya masyarakat yang melakukan aktifitas seperti biasanya,” ungkap pria kelahiran Purbalingga Provinsi Jawa Tengah ini yang telah lama berdomisili di Kota Puruk Cahu, Rabu (24/6/2020).
Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur
Pemuda 22 tahun yang biasa disapa Rio merupakan salah satu warga Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Termasuk salah satu orang yang percaya kalau Covid-19 merupakan hasil ujicoba laboratorium yang gagal.
“Saya juga sudah melihat ada film atau video tentang wabah ini beberapa tahun lalu, dan pada 2020 ini benar terjadi. Makanya, antara wabah dan hasil rekayasa saya masih menduga saja. Agak sulit membuktikan kebenarannya,” ungkapnya.
Baca Juga:Â Cegah Ribuan Pekerjanya Terpapar Corona Perkebunan Kelapa Sawit Kalteng Lakukan Pembatasan Akses
Rio berpendapat, Covid-19 yang saat ini terjadi banyak asumsi dan juga informasi bahwa ini adalah rekayasa atau olahan manusia saja. Namun dia mengaku antara percaya atau tidak akan hal ini.
“Saya percaya saja bahwa Covid-19 adalah wabah, namun saya tidak takut. Sebab banyak wabah ini tidak terlalu bahaya dibandingkan wabah Sars dulu” jelasnya kepada Kaltengtoday, Selasa (23/6).
Kata dia, dari beberapa sumber atau media yang diketahuinya yang meninggal akibat Covid-19 memang disebabkan penyakit bawaan. Dan akibat penyakit tersebutlah membuat daya tahan lemah dan sampai kepada menyebabkan kematian,katanya.
”Saya tidak terlalu sepenuhnya percaya jika yang terkena wabah Covid-19 ini langsung meninggal dunia ,” katanya.
Buntok, Kabupaten Barito Selatan
Bang Jak (58) demikian pria warga Buntok, Kabupaten Barito Selatan disapa, seperti halnya Rio dia juga mempunyai penilaian sama. Katanya, pandemi Covid-19 ini hanya akal-akalan atau konspirasi saja.
“Sebenarnya Covid-19 ini tidak sedahsyat yang diberitakan, dimana katanya apabila orang positif menyentuh sedikit saja orang lain, maka orang tersebut akan terpapar dan terjangkiti,” katanya kepada Kaltengtoday, Rabu (24/6/2020).
Kabupaten Pulang Pisau
Pendapat lain dilontarkan oleh Abah Putra, salah satu pedagang di Kabupaten Pulang Pisau. Dia mengatakan, pemahaman yang sekarang terjadi di masyarakat itu  merupakan suatu bentuk kekecewaan atas penanganan yang dilakukan pemerintah.
Seharusnya kata dia, ketika virus di Wuhan mewabah kenapa dunia tidak gotong royong untuk menutup itu, jadi sebenarnya WHO yang bertanggung jawab. Memang awalnya membuat gempar, lama kelamaan masyarakat bosan dengan tindakan pemerintah untuk menghentikan wabah ini,ujarnya.
“Masyarakat sudah cukup lelah melakukan social distancing, physical distancing. Sebab kita tidak kenapa-kenapa saja kok. Karena, mungkin ini pengaruh perdagangan dunia, supaya pasar tradisional kecil itu ditutup namun pasar-pasar milik orang besar (konglomerat)  tetap boleh menjalankan usahanya,” ujarnya.
Dia juga mempertanyakan, Kalau memang ingin memutuskan mata rantai penyebaran virus ini, mengapa seolah-olah seperti setengah hati, ”Buktinya saja pemerintah membiarkan supermarket maupun minimarket buka, namun untuk pasar tradisional masyarakat dihimbau untuk tidak mengunjunginya” ujarnya membandingkan.
Discussion about this post