Kalteng Today – Palangka Raya – Ditengah pandemi dan derasnya arus persaingan di dunia industri kreatif saat ini membuat para pelaku usaha harus mampu memanfaatkan berbagai macam peluang yang ada.
Salah satunya adalah Sulistiyo, seorang pengrajin limbah kayu bekas mebel yang berada di Jalan G Obos Komplek Bhayangkara II, Kota Palangka Raya, Kalteng ini terus bergerak untuk mengembangkan usahanya yang dirintisnya sejak tahun 2012 lalu.
Saat dijumpai di kediamannya, Tiyo nama sapaannya sehari-hari menuturkan, usaha yang digelutinya ini hanya belajar secara otodidak sambil memperhatikan situasi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya yakni memanfaatkan limbah kayu ulin bekas produksi mebel yang ada di Kota Palangka Raya.
“Awalnya saya melihat banyak limbah bekas potongan kayu ulin di beberapa mebel di Palangka Raya ini yang tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja, kemudian saya mencoba untuk membuat sebuah kerajinan seperti kap lampu,” ujarnya saat diwawancarai, Kamis (17/12/2020) siang.
Seiring berjalannya waktu Tiyo terus berinovasi membuat kerajinan berbahan dasar limbah kayu tersebut seperti membuat plakat dan aksesoris yang ditambah dengan sentuhan motif ornamen khas dayak.
“Kenapa motif dayak yang saya pilih dalam kerajinan ini, adalah sebagai cara untuk mengenalkan budaya Kalimantan Tengah melalui kerajinan yang saya buat meskipun saya bukan asli orang Dayak” terangnya.
Selain itu, dirinya juga menjelaskan bahwa hasil kerajinan yang dibuatnya ini biasa dijual mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung dari tingkat kesulitan pembuatannya.
“Kalau untuk omsetnya, biasanya bisa sampai puluhan juta rupiah perbulan, namun selama pandemi ini mengalami penurunan bahkan awal Covid-19 kemarin tidak ada yang laku, alhamdulillah sekarang sudah mulai ada dan cukuplah hasilnya” tuturnya.
Baca Juga :Â Perda Walet Diterapkan, Pengusaha Mulai Urus Ijin
Disinggung mengenai perhatian pemerintah kepada pelaku usaha kreatif bidang kerajinan sejauh ini, dirinya mengatakan hanya masih sebatas pelatihan-pelatihan saja dan belum menyentuh pada membantu meningkatkan dan mengembangkan usaha kerajinan ini.
Adapun hasil kerajinan yang paling banyak diminati oleh konsumen yakni Kerajinan Telawang yang bisa jadikan plakat ataupun tropi.
“90 persen penjualan selama ini masih berada di dalam daerah saja dan sering digunakan untuk souvenir ataupun cindera mata, dan sampai saat ini penjualan hasil kerajinan ini belum merambah ke luar daerah maupun luar negeri, namun ada beberapa turis asing yang pernah mengunjungi tempat ini” bebernya.
Tiyo berharap untuk kedepannya Pemerintah Daerah bisa membantu para pengrajin industri kreatif yang ada di Kota Palangka Raya ini agar bisa semakin berkembang. [Red]
Discussion about this post