kaltengtoday.com, Palangka Raya – Iri adalah suatu sifat ketika seseorang tidak memiliki kelebihan daripada orang lain, tetapi ketika orang yang dilihat memiliki kelebihan maka disana timbul niat untuk menghancurkan orang itu.
Iri dan dengki adalah sifat yang tidak baik untuk ditiru, ketika kita memiliki iri maka berusaha untuk mengubah sifat tersebut. Iri tentu berasal dari dalam hati kita, ketika kita melihat orang yang berhasil, maka timbullah perasaan untuk ingin menjadi orang tersebut. Hal ini cukup baik, ketika kita bisa menjadikan orang motivasi tetapi tidak baik ketika kita ingin melakukannya.
Iri dan dengki itu berbeda dengan cemburu, ketika seseorang itu iri, dia tidak mempunyai hal tersebut, berbeda dengan cemburu, cemburu ketika seseorang memiliki hal tersebut tetapi perasaan takut dan was – was tentu ada.
Cemburu terjadi ketika pada pasangan – pasangan suami istri, pacaran dan lain-lain. Cemburu tentu sudah lumrah terjadi karena cemburu sifatnya lebih ke bertahan dengan sesuatu yang kita miliki.
Perasaan iri sebenarnya ada juga baiknya, ketika kita melihat seseorang yang hebat, berhasil dan lain-lain. Maka kita boleh iri dengan hal tersebut karena keberhasilan dia, tetapi perasaan iri tentu ada juga dilarang ketika kita mencoba untuk menjatuhkan orang yang iri hati tersebut. Hal ini bisa saja berdampak pada munculnya masalah misalnya perkelahian, balas dendam, adu domba dan lain sebagainya.
Kita boleh iri terhadap keberhasilan orang lain tetapi hal ini tentu sesuatu dengan kaidah, kita tidak boleh menghasut orang lain untuk membenci dia misalnya, hal ini tentu memiliki pengaruh yang besar terhadap orang lain. Ketika hal ini tidak kita tanamkan maka, bisa saja iri ini adalah sesuatu yang baik, untuk digunakan. Orang yang memiliki iri dalam berlomba untuk kebaikan itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan.
Cara untuk menghilangkan sifat iri adalah ketika kita dekat dengan tuhan kita. Dalam islam tentu kita dekat dengan Allah Swt, Allah Swt tentu bisa saja merubah hati kita agar tidak tertanam dalam diri kita sifat iri dan dengki. Percuma saja kita shalat rajin, bersedekah, dan bersama shaleh lainnya. Ketika dalam diri kita masih ada sifat iri dan dengki tersebut, hal ini tentu bisa dikatakan wajar karena setiap orang memiliki sifat iri masing – masing tetapi seseorang bisa membedakan mana yang iri untuk menjatuhkan dan mana yang iri untuk motivasi.
Baca Juga :Â Wagub Buka Pelatihan Kader Lanjut Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Provinsi Kalteng
Dalam Agama Islam Iri dan dengki itu dinamakan Hasad, Hasad sendiri tentunya adalah Bahasa Arab tetapi ketika dalam bahasa Indonesia dinamakan iri hati. Iri hati adalah suatu penyakit hati, ketika hati kita sedang sembuh maka iri hati jarang muncul, tapi ketika hati kita sedang sakit melihat keberhasilan seseorang maka hal ini bisa membuat sakit. Agama Islam melarang orang yang iri hati karena bisa membuat dosa, sakit hati orang lain dan tentunya yang paling penting adalah akhlak tercela.
Iri hati adalah salah satu perbuatan dari akhlak tercela, oleh karena ketika kita memiliki akhlak tercela tentu kita memperbaikinya. Kita tentu pernah iri hati dengan seseorang dan berusaha untuk menjatuhkannya. Hal ini tidak baik karena orang itu suatu saat bisa saja menolong kita apabila kita kesusahan. Jangan pernah berprasangka buruk terhadap seseorang karena bisa menimbulkan iri hati. Ketika kita berprasangka buruk maka dari itu bisa saja dibarengi dengan iri hati.
Baca Juga :Â DPRD Pulpis Bahas Perda Miras Bersama Ormas Islam
Untuk itu iri hati merupakan suatu penyakit hati yang tidak baik untuk ditiru. Dalam Islam iri hati dan dengki itu dinamakan Hasad, ketika kita melakukannya maka berdosa. Iri hati tentu berasal dari hati kita, dia tidak tampak dalam muka kita tetapi gerak-gerik seseorang yang iri hati bisa saja ditebak, lihat saja ketika ada orang yang berhasil dia akan menghasut orang lain untuk membenci orang yang berhasil itu, itu dinamakan iri hati. Untuk itu kita hidup diatas dunia jangan pernah iri hati karena kita hidup bukan untuk saling pamer kehebatan tapi untuk beribadah kepada Allah Swt.
(Penulis:Abdul Jamil Al Rasyid, Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Sumatera Barat Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek.) [Red]
Discussion about this post