kaltengtoday.com, Palangka Raya – Kepala BKSDA Kalimantan Tengah (Kalteng), Sadtata Noor Adirahmanta, meminta kepada seluruh masyarakat agar dapat hidup berdampingan dengan orang utan.
Pasalnya selama ini, interaksi antara manusia dengan satwa liar masih kerap terjadi, khususnya bagi masyarakat yang bermukim dengan dengan hutan.
Baca juga : Jika Mengganggu Warga, BKSDA Kalteng Akan Evakuasi Orangutan,
Padahal, sebelum ada manusia tinggal di Kalteng, hewan yang kini dilindungi tersebut telah lebih dulu menempati di wilayah ini.
Hal tersebutlah yang menjadi awal mula terjadinya interaksi antara orang utan dan manusia, yang hingga saat ini semakin banyaknya pembukaan hutan dan lahan.
“Kita sudah meninggalkan kata konflik dan kita gantikan dengan kata interaksi. Sebab, pergerakan orang utan tidak dapat dibatasi,” katanya, saat melakukan press release, Rabu, 14 Juni 2023.
Dijelaskannya, kata konflik kerap disalahartikan oleh sejumlah kalangan yang beranggapan jika orang utan selalu disalahkan ketika masuk ke permukiman warga.
Untuk itu hingga kini BKSDA Kalteng terus mencari solusi jangka panjang terkait interaksi antara manusia dan orang utan.
“Bisa dibayangkan jika seluruh orang utan dibawa ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) yang luasnya tidak sampai sepertiga Provinsi Kalteng, tentu akan penuh,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Sadtata Noor Adirahmanta, pihaknya bersama Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan TNBBBR menggali berbagai solusi selain mengembalikan orang utan ke kawasan taman nasional.
Salah satu solusi tersebut, yakni dengan menggaet masyarakat Desa Tahawa, Kabupaten Pulang Pisau, untuk mengembangkan konsep desa ramah satwa.
Baca juga : Jual Burung Beo, BKSDA Ingatkan Pedagang di Jalan Gatot Subroto Sampit
“Sehingga saat muncul orang utan di desa tersebut, masyarakat tidak heboh, biarkan orang utan tersebut berinteraksi dan akan dijaga oleh masyarakat, serta kami akan mendampingi mereka,” ungkapnya.
Solusi tersebut, dinilai dapat membuat masyarakat dan orang utan hidup berdampingan, sehingga tidak perlu adanya upaya pemindahan ke taman nasional.
“Hal ini akan menjadi pembiasaan sama seperti manusia dan hewan lainnya, memang memerlukan waktu yang panjang, namun tentunya akan berhasil untuk upaya hidup berdampingan,” pungkasnya.[Red]
Discussion about this post