Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Munculnya beberapa aliran yang dinilai menyimpang, bahkan sesat, di kalangan masyarakat, menjadi fenomena sosial keagamaan yang patut dicermati belakangan ini.
Setelah sempat digegerkan berita munculnya aliran Kerajaan Ubur-ubur, Salamullah, Hakekok, ataupun Ahmadiyah Qadhiyan, dan lain-lain, tentunya masyarakat harus mewaspadai kemungkinan munculnya aliran baru. Baik di tingkat nasional maupun lokal.
“Karena kita juga memantau ada kelompok yang mempunyai aliran menyimpang. Dan tugas Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Barito Timur, adalah meangani mereka, membina akidahnya supaya lurus kembali. Adapun cara penanganannya, kita harus utamakan pendekatan persuasif dengan trik-trik khusus. Tidak bisa main gebrak,” tutur Ketua MUI Kab Bartim H Asy’ari S AG, ketika dibincangi di rumahnya.
Melalui percakapan kedua via telepon, tadi pagi (Minggu, 24/10), pria yang juga merupakan pejabat di Kantor Kemenag Kab Bartim tersebut mengatakan, adanya sekelompok orang yang dianggap menyimpang itu, antara lain karena mereka menganggap sholat tidak penting alias bisa ditinggalkan.
Baca Juga :Â Peserta Vaksinasi Massal Apresiasi Aksi DPC Partai Gerindra Kab Bartim
“Ini yang akan segera kami tangani, agar pengikut mereka tidak semakin bertambah,” imbuhnya.
Ketika ditanya, apa yang melatari orang mengikuti aliran yang menyimpang dari kaidah agama, H Asy’ari menyebut dengan tegas “Latar belakang pendidikan. Latar belakang edukasi ini, Pak, sangat mempengaruhi pola pemahaman kita terhadap ajaran agama. Saya tidak mengatakan yang berpendidikan tinggi pasti pintar, tapi secara rasional ini punya keterkaitan,” papar pria yang pernah juga menjabat sebagai Direktur LPTQ Kab Bartim tersebut.
Baca Juga :Â Ketua KKP Kalteng Minta Pengurus KKP Bartim Harus Amanah
Oleh karena itu, dia mengajak agar tidak mudah menelan bulat-bulat doktrinasi tertentu, yang malah membuat terjerumus. “Tanyakan pada guru-guru agama yang jelas backgroundnya. Ustad-ustad yang sudah jelas eksistensinya. Agar pemahaman kita tidak kabur,” pungkasnya. [Red]
Discussion about this post