Kaltengtoday.com -Tamiang Layang – Menanggapi polemik yang sedang bergulir di masyarakat Kalimantan Tengah, termasuk di Kabupaten Barito Timur, terkait pernyataan Edi Mulyadi yang dianggap sangat meresahkan, Ketua DPD PKS Kab Bartim Habib Said Abdul Saleh pun memberikan statementnya.
“Saya dan teman-teman di PKS Bartim sangat menyesalkan pernyataan saudara Edi Mulyadi tersebut. Karena kami lahir dan besar di Kalimantan Tengah, hidup damai berdampingan dengan saudara-saudara kami orang Dayak. Rukun dan tenteram dengan berpegang pada falsafah Huma Betang. Jadi, gara-gara ucapan itu, kami juga terkena imbas secara psikologis,” tutur pria yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Barito Timur ini, saat ditemui di kediamannya tadi pagi (Rabu,26/1).
Habib Saleh juga menyatakan bahwa dirinya sudah berkoordinasi dengan Ketua DPW PKS Kalteng mengenai status Edi Mulyadi.
“Saya tergelitik bertanya, apakah dia memang kader partai, atau hanya simpatisan. Ternyata setelah ditelusuri sampai ke pusat, yang bersangkutan bukan pengurus ataupun kader. Dia pernah men-caleg tahun 2014 , kalau tidak salah Dapil 3 DKI Jakarta. Tidak ada nama Edi Mulyadi sebagai pengurus ataupun kader, apalagi anggota legislatif. Ya ini perlu saya sampaikan supaya semua lebih jelas,” paparnya.
Baca juga :Â MUI Bartim Tetap Fokuskan Pembinaan Umat
Dan kepada masyarakat Bartim, Habib Saleh menyatakan dirinya dan semua pengurus DPD memahami reaksi emosional yang ada. Hanya saja, dia meminta agar masalah ini tidak digeneralisasi secara politis.
Baca juga :Â Wabup Bartim Ajak Semua Pihak Tak Lengah
“Karena perlu juga diketahui masyarakat di sini, sebenarnya pengurus PKS, khususnya di Bartim, bukan dari kelompok yang ekstrim. Boleh dicek, justru pengurusnya banyak orang Nadhliyin, yang selama ini getol menyuarakan kebersamaan antar-umat beragama. Jadi, kalau ditanya apakah setuju diberlakukan hukum adat terhadap saudara Edi Mulyadi, maka saya jawab : ya setuju. Karena adat adalah aturan kearifan lokal yang dibawa leluhur kita. Dan hukum adat, khususnya Dayak, sangat arif & bijaksana, mengajarkan kita untuk menghargai tatanan yang berlaku,” terangnya lebih jauh. [Red]
Discussion about this post