Kalteng Today – Palangka Raya, – Bank Indonesia Perwakilan Kalteng mencatat, dampak dari Covid-19 ini, pada triwulan I tahun 2020, ekspor Crude Palm Oil (CPO) Kalteng mengalami kontraksi (minus yang dalam) yakni -9,14% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2019 sebesar -6,61% (yoy).
“Terkontraksi nya ekspor CPO dan batubara serta karet dipengaruhi permintaan industri mitra dagang yang terdampak Covid-19,”kata Rihando, Kepala Perwakilan (Kpw) BI Kalteng.
Namun demikian dia melihat, permintaan domestik masih tumbuh cukup kuat ditengah mulai merebaknya Pandemic covid-19 pada lahir triwulan I tahun 2020.
Dari sisi lapangan usaha kata Rihando, perlambatan ekonomi Kalteng pada triwulan I tahun 2020 disebabkan oleh kinerja perkebunan maupun industri pengolahan kelapa sawit mengalami perlambatan.
“Tercatat di triwulan I 2020 lapangan usaha pertanian, kehutanan, perikanan serta industri tumbuh lambat 1,16%(yoy) dan 0,75% (yoy),”jelas Rihando dalam rilisnya (13/5).
Sementara itu Yudo Herlambang, Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Kalteng yang dihubungi terpisah menambahkan, faktor Covid-19 ini memang sangat berpengaruh bagi ekonomi secara keseluruhan apabila dihadapi sendirian termasuk untuk Kalteng.
“Kami menilai bila Covid-19 ini berlangsung hingga triwulan III tahun 2020 akan banyak sekali yang terdampak industri maupun perdagangan,”jelasnya.
Contohnya dibidang perkebunan kelapa sawit. Dengan kondisi ini kata dia tentu saja Cash Flow pengusaha perkebunan jadi terganggu akibat Pandemic Covid-19 yakni permintaan turun dan produksi juga turun.
Menyinggung keinginan pengusaha yang menginginkan adanya restrukturisasi hutang dan juga suku bunga, dijelaskan Yudo, Memang pelaku usaha pasti memiliki kredit di bank baik untuk modal kerja maupun investasi.
“Untuk itu diperlukan skema untuk mengatur hal tersebut” ujarnya.
Sementara itu menurut seorang pemilik usaha perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur yang dihubungi mengaku sebenarnya secara produksi mereka tak masalah namun yang jadi masalah adalah pembeli CPO turun.
“Akibat Pandemic ini penjualan kami turun hingga 30 persen. Apalagi saat ini harga CPO juga anjlok hanya Rp. 6.500/kg,”ujar pengusaha yang wanti-wanti untuk tak disebutkan namanya itu.
Baca Juga: Pendapatan Rendah, Pengusaha Warung Makan Minta Kelonggaran Saat PSBB
Namun demikian sampai saat ini dia mengaku belum sampai pada tahap untuk melakukan PHK terhadap karyawannya yang jumlahnya lebih dari 1000 orang itu karena produksi mereka masih mampu untuk bertahan disaat Pandemic ini.
“Karena itu kami berharap pemerintah mau melakukan restrukturisasi hutang dan juga suku bunga,”ujarnya. [Red]
Discussion about this post