Kaltengtoday.com – Tamiang Layang – Setelah beberapa lama terbilang vakum, akhirnya pertandingan sepak bola di Kabupaten Barito Timur kembali digelar, sebagai jawaban dari kerinduan kalangan pecinta bola di daerah ini.
Lewat Piala Askab PSSI 2022, yang dilaksanakan mulai kemarin (Sabtu, 24 September 2022) hingga 10 Oktober 2022 mendatang, sebanyak 26 klab sepak bola di seluruh pelosok Kabupaten Barito Timur, bakal berlaga memperebutkan piala tersebut.
Baca juga :Â Hebohkan Pengunjung Kantin Sepak Bola Mini, Kobra Sepanjang 1,5 Meter Dievakuasi
Ketua Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (Askab PSSI) Kab Bartim Nur Sulistio SPdI, melalui Wakil Ketua Askab Kab Bartim, Wahyudin Noor SP MP, tadi pagi (Minggu, 25/ 9) melalui telpon seluler, menjelaskan bahwa pada pembukaan acara, juga dilangsungkan eksebisi persahabatan antara legion Tamiang Layang dengan legion Ampah. Dan skornya adalah 2-2.
Wahyudin juga menjelaskan bahwa dalam pertandingan besar kali ini, Askab membuat peraturan tegas. Yaitu semua pemain yang akan turun bertanding, adalah orang yang memang merupakan penduduk Bartim.
“Tujuannya adalah untuk mencari bibit potensial yang ada di kabupaten kita ini. Jadi, jangan harap bagi mereka yang tidak ber-KTP Bartim bisa ikut dalam turnamen ini,” ujar pria yang juga menjadi legislator tersebut.
Dalam pembukaan acara eksebisi, hadir pula Ketua Harian KONI Kab Bartim Dr Ariantho S Muler ST MM, Camat Dusun Tengah Prisma Yandi SSTP, perwakilan dari sejumlah perusahaan bahkan perwakilan bank setempat.
Baca juga :Â Dewan Dukung Olahraga Sepak Bola di Gumas
Yang menarik, dalam Piala Askab PSSI 2022 terasa sekali kekompakan para petingginya yang terdiri dari berbagai latar belakang partai politik. Seperti yang diketahui Wahyudin Noor adalah Ketua DPC PKB Bartim, kemudian Nur Sulistio bersama Ketua Panitia H Ardiansyah SAP merupakan kader Partai Golkar, sedangkan Ariantho S Muler adalah Ketua DPC PKP.
“Ini menunjukkan bahwa lewat olahraga kita bisa mempersatukan berbagai perbedaan. Sekaligus memperlihatkan sebuah kedewasaan dalam berpolitik. Bahwa boleh saja kita sekarang atau nanti berbeda, tapi tak memungkinkan untuk bersatu, berbuat kebaikan atau manfaat bersama,” komentar Gabai, salah seorang warga Desa Rodok, yang juga menjadi penonton pertandingan tersebut. [Red]
Discussion about this post