Kaltengtoday.com, Cek Fakta – Bencana alam mulai dari gempa bumi, angin kencang dan banjir terus terjadi secara bergantian di Indonesia. Sudah seperti langganan, gempa bumi menjadi bencana alam yang sering terjadi di kota-kota di Indonesia.
Berdasarkan pengamatan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, setidak-tidaknya di Indonesia sudah terjadi 45 gempa mematikan (deadly earthquake) akibat sesar aktif. Di mana sebagian sumber gempa sesar aktif ini terletak di daerah pemukiman.
Baca Juga : Cuaca Ekstrim, Ini Pesan BMKG Kotim
Sad but not surprised, faktanya, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam wilayah ‘Ring of Fire’ atau Cincin Api. Jika dilihat dari petanya yang seperti tapal kuda, Cincin Api ini membentang sepanjang 40 ribu km atau sekitar 25 ribu mil. Sumber: National Geographic.
Dan fakta lainnya, Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.
Semenjak November lalu, gempa bumi dan gempa susulan melanda wilayah Jawa Barat. Salah satu yang terkena dampak besar adalah Cianjur dan yang terbaru adalah Sukabumi.
Sebagai reminder, perlu dicamkan kalau segala informasi up-to-date mengenai bencana alam di Indonesia hanya dikeluarkan oleh BMKG (Badan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika).
Demi memudahkan masyarakat mendapatkan informasi, BMKG saat ini aktif di berbagai media sosial. Mulai dari Twitter dengan akun @infoBMKG, Instagram @infoBMKG, Facebook @infoBMKG dan media sosial lainnya dengan nama yang sama yaitu InfoBMKG.
Selain itu, BMKG juga hadir dengan akun per provinsi, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan lainnya. FYI, kebanyakan akun resmi BMKG sudah centang biru, ya.
Jadi, sebelum menelan mentah-mentah informasi soal bencana alam, pastikan dan check kembali akun tersebut trusted atau tidak.
Saat marak kabar soal bencana, warga juga perlu berhati-hati dengan informasi yang di-forward, pesan ini sering ditemukan di grup WhatsApp keluarga berisi prediksi gempa bumi yang tidak diketahui dari mana asalnya.
Misalnya, anggota keluarga besar sering mengirim pesan yang berisi tanda-tanda adanya bencana alam, misalnya munculnya ikan oarfish yang disebut sebagai pertanda gempa bumi atau cocoklogi yang sedikit memaksa.
Selain di WhatsApp, prediksi ini juga sering muncul di FYP TikTok. Prediksi yang di-share ini seringkali menyebabkan Fear Mongering di kalangan masyarakat awam.
Jika mendapat pesan terusan yang tidak diketahui sumbernya dari mana, segera beritahu anggota keluarga untuk tidak menelan mentah-mentah informasi tersebut. Sebagai pihak yang aware dan ingin penyebaran hoaks berita ini berhenti, hal yang bisa dilakukan adalah berhenti menyebarkan pesan tersebut ke pihak lain dan biarkan pesan tersebut berhenti di kalian.
Apabila kalian menemukan kabar simpang siur yang berpotensi menjadi kabar palsu di media sosial, salah satu cara yang bisa kalian lakukan adalah dengan melaporkan cuitan tersebut ke pihak-pihak yang bisa memberikan keterangan valid.
Kalian juga bisa secara berkala memeriksa apa saja informasi yang termasuk dalam kabar hoaks atau disinformasi di situs Turn Back Hoax.
Dalam kasus bencana alam, kalian bisa menghubungi akun resmi BMKG di media sosial. Biasanya mereka akan memberikan keterangan resmi dan pernyataan yang lebih valid soal bencana alam di suatu daerah.
Beberapa waktu lalu, BMKG juga sempat menegaskan kepada masyarakat untuk tidak mudah mempercayai informasi yang berisi ‘prediksi’ bencana alam, khususnya gempa bumi. Dalam kasus ini, BMKG juga menekankan kalau pihaknya tak pernah mengeluarkan informasi mengenai prediksi gempa bumi.
“Sampai sekarang tidak ada alat yang dapat memprediksi kejadian gempa bumi secara akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya. BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi,” kata Kepada Stasiun Geofisika Kupang BMKG, Margiono.
Maka dari itu, agar fear mongering dan hoaks soal prediksi-prediksi bencana alam yang meresahkan warga ini berkurang, salah satu cara untuk meredamnya adalah dengan mencari fakta-fakta soal wilayah yang dikabarkan berpotensi terkena bencana, misalnya gempa bumi atau banjir.
Lebih lagi, warga harus bisa membedakan mana prediksi dan mana potensi bencana alam. Selain itu, jangan telan mentah-mentah judul berita yang memasukkan kata ‘prediksi’ dan sebagainya.
Dalam sebuah cuitan yang diunggah Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono, beliau menjelaskan perbedaan mana Prediksi dan juga Potensi.
Potensi merupakan sebuah kemungkinan adanya bahaya di sebuah lokasi namun belum diketahui kapan terjadinya bencana tersebut, dan tidak ada yang tahu.
Sedangkan prediksi, merupakan sebuah kemungkinan adanya bahaya di sebuah lokasi, disertai dengan kemungkinan kapan bencana tersebut terjadi yang mana kepastiannya lebih tinggi.
POTENSI: ada bahaya dan ada lokasinya, tetapi kapan terjadinya tdk ada yg tahu. Sedangkan PREDIKSI: ada bahaya, ada lokasinya, dan kemungkinan kapan waktu terjadinya. Mari kita pahami bersama 2 kata ini🙏🙏.
— DARYONO BMKG (@DaryonoBMKG) June 2, 2021
Padahal, sudah ditegaskan sebelumnya kalau sampai saat ini belum ada teknologi atau ilmu pengetahuan yang bisa menjawab seberapa besar kemungkinan kapan terjadinya sebuah bencana alam.
Maka dari itu, alih-alih merasa takut akan prediksi tak berdasar yang dikeluarkan oleh pihak tak bertanggung jawab, para warga diharapkan agar tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana alam.
Discussion about this post