kaltengtoday.com, Palangka Raya – Ketergantungan ekonomi Kalteng yang tinggi pada sektor batubara secara berangsur-angsur harus segera diturunkan.
Salah satu yang bisa dilakukan yakni dengan mendorong hilirisasi produk sektor tambang yang green energy (energi hijau) dan mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor dan juga pariwisata
Baca juga :Â Sekda Buka Bimtek Pelayanan Usaha Batu Bara di Kalteng
“Melihat prakiraan era sunset (senjakala) batubara pada 2026 serta forum G20 di Bali dimana green economy jadi komitmen bersama dapat dijadikan salah satu langkah untuk mengurangi ketergantungan batubara, “kata Kepala Perwakilan BI Kalteng Yura Djalins.
Yura yang memaparkan Perekonomian Kalteng 2023 di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Palangka Raya, Rabu (30/11/2022) secara virtual menjelaskan, kinerja ekonomi Kalteng yang impresif di Tahun 2022 dikontribusikan sektor primer berbasis pertambangan yang kuat.
Ini kata dia tercermin dari pangsa sektor pertambangan sebesar 15 persen dan pangsa ekspor luar negeri yang mencapai 81 persen.
Akibat kenaikan harga komoditas yang memberikan windfall (durian runtuh) bagi perekonomian Kalteng dan menjadikan sektor ini menjadi penyumbang pertumbuhan tertinggi di Tahun 2022.
Baca juga :Â Warga Desa Kelanis Keluhkan Asap Batu Bara Terbakar
Dibagian lain Yura juga menyebutkan, tingkat inflasi tahunan Kalteng sejak triwulan III tahun 2021 terus menunjukan kecenderungan peningkatan dan berada di atas tren inflasi nasional.
“Pada bulan Oktober 2022, tingkat inflasi Kalteng tercatat sebesar 7,10% (yoy) lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional 5,71% (yoy) dan berada di atas sasaran inflasi nasional yang sebesar 3±1% (yoy).[Red]
Discussion about this post