Kalteng Today – Buntok, – Berukuran tak begitu luas 14 meter x 17 meter dan hanya mampu menampung 330 jamaah, masjid berusia 63 tahun ini adalah satu-satunya yang ada di Desa Kalanis, Kecamatan Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan (Barsel).
Desa Kalanis merupakan wilayah yang cukup jauh jaraknya dari Kota Buntok, Ibukota Kabupaten Barsel. Tak mudah untuk mencapai desa yang jumlah penduduknya mayoritas muslim itu.
Desa ini hanya memiliki akses jalur sungai. Dengan waktu tempuh hampir 2,5 jam menggunakan speedboat untuk mencapai desa yang berada di bantaran Sungai Barito warga harus membayar Rp. 145 ribu per orang. Ini lantaran tak ada akses jalan darat yang langsung kedesa itu.
Mesjid yang dimaksud itu bernama Jami Raudhatusshaalihiin. Dibangun sekitar 63 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tanggal 10 Februari tahun 1957 itu. Bangunan itu menjadi sentral peribadatan bagi kurang lebih 2.400 umat muslim di Desa Kalanis.
Ketua pengurus masjid, H Rasini (70) mengatakan, di Desa Kalanis hanya masjid Jami Raudhatusshaalihiin yang melaksana kan solat Jumaat dan hari raya Islam.
“Untuk pengadaan sholat jumat dan hari raya, kita masyarakat cuma menggunakan masjid ini saja. Karena Masjid Jami ini terbesar di Desa Kalanis,” ucapnya kepada kaltengtoday, Jumat (22/1/2021).
Padahal, lanjut dia, masjid yang berukuran kurang lebih 14X17 m² tersebut hanya dapat menampung sebanyak 330 jama’ah, sedangkan penduduk Kalanis lebih banyak dari itu.
Maka tidak jarang para jama’ah pun beribadah sambil berdesakan dan berhimpitan. Tak jarang pula saat melaksanakan sholat, ada beberapa jama’ah yang tersenggol dengan jama’ah di depan maupun di belakangnya.
“Seperti sholat jumat tadi, kita sambil berdesakan. Padahal saat ini dalam masa pandemi Covid-19 yang mana seharusnya kita sholat dengan menjaga jarak, tapi mau tidak mau supaya cukup tempatnya ya terpaksa kita seperti itu,” terangnya.
Baca Juga :Â Pencurian Mixer Masjid, Kerugian Mencapai Rp 3,5 Juta
Untuk diketahui, pada tahun 2018 lalu telah merencanakan pembangunan masjid yang lebih besar tepat di belakang Masjid Jami Raudhatusshaalihiin.
Namun, proyek pembangunan masjid yang memakan biaya hingga kurang lebih Rp. 3,2 miliar tersebut hingga kini tidak dapat terselesaikan dan tidak diketahui perkembangannya. Pembangunan terlihat hanya sampai pasak dan dasarnya saja.
“Harapan saya, hendaknya pembangunan masjid baru dapat dibina dengan benar, sebab masjid itu adalah harapan orang banyak. Sehingga ke depannya semua orang muat dan tidak berdesak-desakan lagi,” harap Rasini. [Red]
Discussion about this post