kaltengtoday.com, – Palangka Raya – Dalam sesi pemberian materi untuk bekal para peserta KKN – Kebangsaan Tahun 2022 di Kalimantan Tengah (Kalteng) dan Universitas Palangka Raya (UPR) sebagai tuan rumah pelaksana, Sekjen DPP PDI Perjuangan, DR. Ir. Hasto Kristiyanto menyampaikan terdapat tanggung jawab yang serius dari perguruan tinggi.
Dirinya menerangkan, di dalam teori geopolitik Bung Karno, melalui uji empirik, terdapat tujuh variabel demografi, teritorial, SDA, militer, politik, koeksistensi damai, sains dan teknologi.
“Semua itu dapat disusun model persamaan teori geopolitik Soekarno: PGC=0.175 DEM+0.178 TER + 0.110 SDA + 0.165 MIL + 0.292 POL + 0.136 KOE + 0.200 TEK. Artinya politik, sains dan teknologi, teritorial dan demografi menempati peran penting dan signifikan dibandingkan militer, koeksistensi damai, dan sumber daya alam,” kata Hasto saat memberikan materi dalam pembukaan KKN – Kebangsaan Tahun 2022.
Baca juga :Â Pemkab Kapuas Petakan Lokasi KKN Kebangsaan di 12 Kecamatan 69 Desa
Ia menerangkan, variabel politik mencakup indikator ideologi, hukum dan diplomasi. Sedangkan variabel sains dan teknologi mencakup indikator pendidikan, city of intellect dan pendidikan dasar.
“Dengan melihat persamaan teori geopolitik Soekarno tersebut, maka politik, dalam hal ini diplomasi luar negeri, dan penguasaan ilmu pengetahuan teknologi menjadi faktor paling dominan bagi upaya mewujudkan kepentingan nasional Indonesia,” ungkapnya.
Atas dasar hal itu Hasto menambahkan, maka perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting bagi kemajuan bangsa.
“UPR dibangun atas cara pandang geopolitik. Dengan cara pandang ini, maka kultur, adat-istiadat, dan seluruh aspek geografis harus menjadi fokus pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, melalui riset dan inovasi,” tuturnya.
Lebih lanjut, melalui pemahaman terhadap teritorial ini, menurutnya bagaimana flora dan fauna dapat dibudidayakan dengan baik dan lagi seluruh keanekaragaman pohon – pohonan, sumber-sumber pangan, serta kebudayaan masyarakat Kalimantan dapat dikembangkan atas cara pandang geopolitik.
“Perguruan tinggi harus terdepan di dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan manusia Indonesia. Di dalam pendidikan tinggi inilah merit system dikembangkan dalam penempatan jabatan strategis,” jelasnya.
Dirinya kembali menyerahkan, di universitas mahasiswa memiliki hak sepenuhnya berekspresi bagi peningkatan penguasaan iptek dan sekaligus kepemimpinannya bagi masa depan.
“Berdasarkan persamaan geopolitik di atas, terbukti secara teori dan juga uji kuantitatif, penguasaan iptek, riset dan inovasi menjadi pilar kemajuan bangsa. Universitas harus dirancang menjadi city of intellect sesuai keunggulan geografisnya dimana ia berada.
Hasto juga menambahkan, demikian halnya politik, dimana didalamya diplomasi merupakan indikator dengan estimasi pengaruh yang paling besar (0.414).
“Artinya, setiap mahasiswa harus dibangun semangat kepimpinannya di dalam seluruh aspek kehidupan. Kepemimpinan Indonesia untuk dunia inilah yang menjadi substansi pokok dari pemikiran Geopolitik Bung Karno,” sebutnya.
Baca juga :Â KKN Kebangsaan, Moeldoko Pastikan Diri ke Palangka Raya
Terkait dengan kebhinnekaan, menurut Hasto, harus menjadi landasan dan tidak boleh adanya politik diskriminasi.
“Karena hal ini juga terbukti di dalam sejarah, mengapa Jengis Khan mampu membangun imperium yang besar. Semua karena merit system. Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Singapura dan lain-lain, mampu membangun kemajuan karena bekerjanya merit sistem dan menempatkan pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai pilar kemajuan terpenting,” terangnya.
Hasto menekankan, dengan demikian melalui pemikiran geopolitik Bung Karno, dirinya mengajak semua pihak dapat membangun kepemimpinan Indonesia dalam seluruh aspek kehidupan. [Red]
Discussion about this post