Kalteng Today – Sampit, – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur diminta bijak dalam menyikapi aspirasi masyarakat terkait renovasi gerbang di Jalan Tjilik Riwut yang saat ini menjadi kontroversi di tengah masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Rinie menanggapi berbagai aspirasi masyarakat yang diterima lembaga legislatif DPRD Kotim dari semua kalangan masyarakat terkait renovasi gerbang Jl. Tjilik Riwut.
“Saya berharap renovasi gerbang itu tidak menjadi polemik berkepanjangan. Aspirasi masyarakat bisa saja jadi pertimbangan, khususnya untuk penambahan ornamen yang mencerminkan karakter budaya lokal kita,” kata Rinie di Sampit, Rabu 8 September 2021 di Sampit.
Rinie menilai aspirasi masyarakat sangat wajar dan perlu mendapat perhatian pemerintah daerah. Namun Rinie juga memahami bahwa perencanaan renovasi gerbang ini sudah dibuat sejak pemerintahan sebelumnya saat dipimpin Bupati Supian Hadi, namun pelaksanaannya di masa pemerintahan Bupati Halikinnor saat ini.
Rinie juga mengaku memahami keputusan Bupati Halikinnor yang memilih mempertahankan nama gerbang tersebut dengan nama Gerbang Sahati. Nama tersebut diberikan saat gerbang itu dibangun di masa pemerintahan Bupati Supian Hadi dan Wakil Bupati Muhammad Taufiq Mukri atau sering disebut pasangan Sahati.
Menurutnya, masyarakat perlu juga memahami keputusan tersebut. Hal itu merupakan bentuk sikap Bupati Halikinnor menghargai pemerintahan terdahulu yang telah memberi nama Sahati pada gerbang tersebut.
Rinie berpesan kepada pihak eksekutif untuk tetap bijak dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Dia menilai masukan masyarakat sangat penting agar pembangunan yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Seperti yang diketahui, renovasi gerbang yang berlokasi di depan Stadion 29 November Sampit menjadi sorotan warga. Selain biayanya sangat besar, desainnya juga dinilai kurang menggambarkan ciri khas budaya lokal.
Renovasi atau peningkatan gerbang tersebut rencananya mencapai 50 persen dari kondisi saat ini. Biaya yang akan dikeluarkan diperkirakan mencapai Rp 697 juta.
Baca Juga : Â Kotim Gerbang Perekonomian Di Kalteng
Hal ini menjadi sorotan masyarakat karena momennya dinilai tidak tepat. Dana sebesar itu lebih bermanfaat untuk kegiatan lain yang lebih mendesak seperti optimalisasi penanganan pandemi COVID-19 dan dampaknya, maupun membangun infrastruktur di kawasan pelosok yang jauh lebih membutuhkan.[Red]
Discussion about this post