kaltengtoday.com, Palangka Raya – Riak air Sungai Kahayan bergemuruh usai hitungan mundur yang dilontarkan oleh wasit.
Terlihat empat orang pria duduk saling membelakangi di sebuah perahu yang panjangnya kurang lebih lima meter.
Dalam perahu tersebut, terlihat keempat pria dengan otot tangan yang kuat dan besar saling mendayung dengan kekuatan penuh untuk menarik perahu hingga dapat melewati garis yang telah disiapkan oleh panitia.
“Jadi mereka ini sedang mengikuti lomba Besei Kambe yang merupakan salah satu cabang olahraga tradisional khas Kalimantan Tengah (Kalteng) yang digelar pada Festival Budaya Isen Mulang,” kata Ketua Koordinator Lomba Besei Kambe, Rusita Murniasi, pada saat diwawancarai usai lomba, Jumat (20/5/2022).
Dijelaskannya, dalam perlombaan kali ini diikuti sebanyak 14 regu dari tiap-tiap Kabupaten/Kota se-Kalteng. Dari 14 regu tersebut, terdiri dari sembilan regu putra dan lima regu putri.
Dari hasil lomba, regu putra dari Kabupaten Katingan berhasil keluar sebagai juara pertama lomba Besei Kambe.
Baca Juga : Kobar, Kapuas Dan Pulang Pisau Pemenang Lomba Desa Isen Mulang Polda Kalteng
Sementara untuk juara dua diambil oleh regu putra dari Kabupaten Gunung Mas dan juara tiga dari Kabupaten Pulang Pisau.
“Kalau untuk putri, juara pertama dari Kabupaten Kabupaten Barito Utara, juara dua dari Gunung Mas dan juara tiga dari Kota Palangka Raya,” ucapnya.
Lomba Besei Kambe, merupakan cabang olahraga tradisional yang berasal dari cerita legenda yang bernilai mistik.
Diceritakannya, pada dahulu kala di sebuah kampung terdapat warga yang tengah menggelar ritual adat yang dihadiri oleh banyak warga.
Bahkan, warga yang datang tidak hanya dari kampung tersebut, melainkan juga dari kampung terdekat.
“Jadi saat itu warga berdatangan menggunakan transportasi air yang oleh orang Dayak disebut Jukung,” jelasnya.
Kemudian singkat cerita, warga mendengar adanya suara keributan dari sungai di dekat kampung yang tengah melaksanakan ritual adat.
Setelah dicari tahu, ternyata suara keributan tersebut berasal dari adanya makhluk halus yang tengah berebut sebuah perahu dan saling mendayung dan saling membelakangi.
Baca Juga : Ajak Kalangan Muda Lebih Mengenal Seni dan Budaya Tradisional
“Ceritanya saat itu warga melihat ada makhluk halus sedang mendayung perahu dengan suara-suara yang gaduh. Karena makhluk halus ini mendayung saling berlawanan arah, menyebabkan perahu terbelah saking kuatnya mendayung,” ujarnya.
Alkisah dari cerita ini akhirnya turun-temurun setiap regenerasi, hingga akhirnya bermula dari cerita itulah melahirkan permainan rakyat yang dinamakan Besei Kambe.
Sementara, Besei Kambe merupakan bahasa dayak yang artinya perahu hantu atau dayung hantu.
“Semoga tradisi adat yang sudah ada sejak zaman dulu tetap dilestarikan oleh generasi penerus kita. Selain itu lomba ini juga diharapkan dapat sebagai media pertumbuhan ekonomi agar bisa berkembang pesat,” pungkasnya. [Red]
Discussion about this post