kaltengtoday.com, Sampit – Sejak adanya larangan Ekspor oleh Presiden RI Ir Joko Widodo beberapa bulan yang lalu, nampaknya sangat berpengaruh sekali terhadap harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Bahkan petani kelapa sawit kesulitan akibat adanya larangan ekspor Crude Palm Oil (CPO).
“Petani diperkirakan bisa bangkrut paling lama tiga bulan dan ini akan berdampak sampai dua tahun ke depan. Jika ini tidak ditanggapi dengan serius maka kehidupan petani sawit akan mati suri,”jelas Ruslan warga Kabupaten Seruyan saat diwawancara Kaltengtoday dikediamannya, Rabu (13/7).
Bahkan dikatakan pemuda 28 tahun asal Kecamatan Danau Seluluk ini, kini harga sawit berkisar Rp 800 rupiah saja. “Jika kita kalikan dengan harga pupuk, harga rundap dan perawatan lainnya itu sungguh miris sekali. Makanya, kami meminta Pa Presiden harus tegas menyikapi keluhan warganya ini,”tegasnya.
Baca Juga : Dewan Dorong Pemprov Bangun Pabrik Pengolahan CPO Sawit
Bayangkan saja, harga minyak goreng mahal tapi harga bahan mentahnya murah. “Apakah ini permainan atau apa, kami sebagai petani hanya bisa pasrah dengan keadaan ini. Tapi jika hal ini terus dibiarkan kasian masyarakat, terutama sekali nasib petani kelapa sawit yang menggantungkan hidupnya dengan sektor pertanian tersebut,”ucap Ruslan dengan nada kesal.
Dirinya mewakili petani Kecamatan Danau Seluluk Kabupaten Seruyan mendesak agar pemerintah turun tangan mengatasi anjloknya harga sawit di tingkat petani. Sebab apabila kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dikhawatirkan membuat petani sawit termasuk di daerah terancam gulung tikar.
“Di sinilah peran pemerintah harus mampu mengatur agar tidak merugikan petani kecil, seperti yang terjadi saat ini pada kasus CPO yang berujung ke harga sawit petani jatuh, petani terancam bangkut massal,”ucapnya lagi.
Sementara itu, salah satu petani asal Kotim Adi juga mengeluhkan ketidakpastian kehadiran pemerintah terhadap anjloknya harga sawit. “Pemerintah ini saya nilai gagal dalam menyikapi masalah anjloknya harga sawit ini. Terus terang saja, harga kebutuhan pokok sudah mahal ditambah lagi harga bahan bakar minyak jenis pertamax dan pertalite juga mahal,”tuturnya lagi.
“Kami sebagai rakyat dengan berat menyampaikan bahwa kondisi ini jika terus dibiarkan maka angka kemiskinan dan tingkat pengangguran semakin meningkat,”ucap mahasiswa STIH Sampit ini.
Baca Juga : Eksportir CPO Wajib Jual ke Dalam Negeri 20 Persen
Sebagai petani sawit dan juga mahasiswa, dirinya meminta orang nomor satu di republik ini melalui Kementrian Pertanian serius menyikapi masalah ini. “Kami bingung, Indonesia ini lumbung minyak sawit tapi harganya mahal dan anehnya bahan bakunya sangat murah sekali,”tegasnya.
Dirinya pun meminta agar harga bisa berada diangka Rp 2.000 sampai 2.500 rupiah/kg. Ini permintaan kami sebagai rakyat dan petani sawit yang juga mewakili petani Kotim. Pungkasnya. [Red]
Discussion about this post