Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Komoditas karet lokal, masih menjadi andalan hampir semua petani di Kabupaten Barito Timur. Paling pun divariasi, berupa sayuran atau tanaman yang mudah perawatan seperti pisang dan cabai. Padahal, ada jenis lain yang punya prospek pasar cerah dan bisa dilakukan dengan sistem tumpang sari (ditanam di sela-sela tanaman komoditas utama, seperti karet).
Baca juga :Â Petani Barito Timur Dikuatirkan Tingginya Curah Hujan Akan Ganggu Produksi Padi
Salah satunya, adalah pinang. Tanaman yang masih ‘kroni’ buah kelapa ini, sedang dibudidayakan di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. “Di sana, para petani mulai menggalakkan pinang lantaran khasiat dan fungsi lainnya,” ujar Muslim, warga Tamiang Layang, tadi siang (Rabu, 15/2) yang ditemui sedang menyiapkan bibit pinang untuk ditanam.
Dari berbagai ensiklopedia, pinang atau arexa catechu, bisa tumbuh mencapai tinggi 15-20 meter dan diameter 15 cm. Biji atau buah pinang, mengandung alkaloid yang mengandung efek anti bakteri dan anti virus.
“Makanya, kalau orang kita kan biasa menggunakan pinang untuk obat tradisional menyembuhkan disentri, diare berdarah sampai kudisan,’ ujar pria yang mempunyai relasi kelompok tani sukses di Sumatera Utara itu.
Bahkan dikatakan Muslim, menirukan ucapan para petani pinang teman-temannya, pinang di sana kini juga menjadi salah satu sumber devisa ekspor.
Baca juga :Â Tingkatkan Ekonomi Petani, ASN Diharapkan Beli Beras Lokal
“Ya, selain buahnya, batang pinang pun juga bisa dipakai sebagai bahan bangunan, Pak. Memang tak semahal kayu kita yang terkenal di sini. Tapi harganya yang murah kan jadi alternatif, Pak,” paparnya lagi.
Sementara dikutip dari media sinartani.com, para petani pinang di Pekan Baru, Riau serta Aceh, sekarang sudah melayani permintaan ekspor dari India, Bangladesh serta Denmark. [Red]
Discussion about this post