Kalteng Today – Sampit, – Debat pertama Senin (23/11) malam tampak lebih bersifat normatif tidak terlalu menonjolkan dan tidak mengedepankan yang berkaitan dengan permasalahan atau pendekatan fakta yang ada di masyarakat sehingga lebih bersifat pendekatan teoritis. Hal itu disampaikan pengamat politik Kotim M Gumarang kepada Kaltengtoday, Selasa (24/11).
Dijelaskan Gumarang bahwa pasangan calon kurang diberikan ruang untuk berekspresi dengan sesuai dengan program dan gagasan buah pikirannya untuk lebih leluasa sehingga paslon lebih merasa tidak ada beban dalam menyampaikan buah pikiran. Paparnya.
Ditambahkannya lagi bahwa debat pilkada bukanlah seperti uji skripsi, tesis maupun disertasi. Melainkan sekedar mengenalkan program atau gagasan untuk didengar oleh publik sampai sejauh mana ketertarikan publik bahwa hal tersebut dapat menjawab permasalahan masyarakat Kotim selama ini. Paparnya.
Dirinya juga mengeluhkan kepada KPU Kotim dalam memilih panelis, terutama pada saat debat pertama. “Kayanya kurang nyambung, misalnya karena lupa moderator saat memberikan pertanyaan kepada paslon. Makanya kurang puas jika saya nilai yang memandu debat malam tersebut,”tandasnya.
Baca Juga:Â Srikandi Fraksi Gabungan DPRD Mura Ini Nyatakan Dukungan Untuk Paslon 2
Harusnya moderator itukan lugas, tegas dan aktif bahkan jangan lupa. Tapi apa yang dipertontonkan pada malam saat debat. “Saya harap hal ini jadi perhatian KPU untuk lebih baik lagi kedepannya. Jika perlu panelis itu diambil dari Kotim saja,”pungkasnya. [Red]
Discussion about this post