Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Pembukaan areal kebun kelapa sawit di Kabupaten Barito Timur (Bartim), beserta perusahaan perkebunannya, telah mengubah statistik kependudukan di kabupaten bersemboyan Gumi Jari Jannah Kalalawah (Jadi Jaya Selamanya) ini.
Jika dulu petani sawah ataupun petani karet menjadi profesi yang mayoritas, maka kini data tersebut hampir bisa dipastikan sudah berubah. Seperti yang pernah dikatakan Kepala Desa Luau Jawuk, Kecamatan Paku, Cahyono, sekarang ini warga desanya yang menjadi petani atau petani penggarap makin sedikit jumlahnya.
Baca juga :Â Harga Turun, Petani Karet Berharap Bisa Merambat naik Kembali
“Kebanyakan sekarang mereka jadi buruh penggarap perkebunan sawit. Di samping statusnya jelas, kesejahteraan bulanan mereka juga terjamin. Mereka jadi ogah berpanas-panasan di sawah, apalagi pendapatannya juga tak diterima rutin per bulan,” ungkap Cahyono.
Dan sama seperti di Desa Luau Jawuk, desa yang juga dikenal sebagai lokasi eks transmigrasi, yaitu Lagan, di Kecamatan Karusen Janang pun mengalami kondisi serupa.
“Tidak berbeda, Pak. Anak-anak muda, bahkan beberapa yang sudah tua juga banyak yang jadi pekerja di perkebunan sawit. Karena mereka sering menginap di kamp, akibatnya jumlah jemaah masjid di sini juga berkurang Dari yang semula sampai 70-an orang, sekarang paling kalau sholat Jumat hanya 20-30 orang saja,” tutur salah seorang warga Desa Lagan, Kasturi, ketika ditemui tadi (Minggu, 11/12).
Lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Wakil Cabang (MWC) Nadhlatul Ulama Kecamatan Karusen Janang itu, juga menuturkan sejak adanya perkebunan sawit, Desa Lagan mulai terasa sepi. Apalagi warga pria yang tersisa, tidak semua juga bergelut di kebun.
“Ada yang berdagang, jadi pekerja kantoran, bahkan pemborong proyek bangunan. Banyak kebun karet nganggur di sini akhirnya, Pak,” tuturnya lagi.
Baca juga :Â Petani Karet Harus Jaga Kualitas Hasil Panen
Dan seperti yang dilihat media ini, beberapa kebun karet unggul yang dulu tergarap dengan rapi dan bersih, sekarang sudah banyak yang terlihat terbengkalai. Bahkan tak jarang yang ditumbuhi rerumputan tinggi.
Padahal, jika mau jujur, mereka harusnya berhutang budi pada perkebunan karet ini. Karena dari sinilah, kehidupan ekonomi mereka dulu bisa merangkak naik. Tentu, itu sebelum budidaya sarang walet dan sawit menggoda dengan iming-iming hasilnya. [Red]
Discussion about this post