Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Tamiang Layang dan Ampah, pernah disebut sebagai dua titik sentral di Kabupaten Barito Timur, yang bersaing cukup sengit dalam soal penyelenggaraan pertunjukan. Khususnya untuk seni musik. Tamiang Layang sebagai ibukota kabupaten, jelas lebih sebagai zona prioritas. Tapi Ampah, adalah “ladang emas” yang jauh lebih menggugah gairah.
“Ladang emas” yang dimaksud, adalah dari jumlah penonton yang datang, serta antusiasme mereka di saat acara berlangsung. Kerumunan penonton di depan panggung, dengan melakukan lompatan sampai gerakan headbang bersama, menjadi ciri khas kemeriahan pertunjukan di Ampah.
Baca juga :Â Mengenal Seni Tari dan Alat Musik di Kalimantan Tengah
“Kita manggung di Ampah selalu puas, karena sambutan penontonnya gila!..Jumlah penonton selalu memenuhi gedung, dan tidak hanya diam saat konser. Bagaimana kalau pakai bintang tamu seperti artis atau band dari Jakarta ya?” ucap Ari, pemain gitar yang dikenal cukup lama malang melintang di dunia perpanggungan musik di Bartim.
Secara ekonomi, tentunya ini jadi hitung-hitungan yang menguntungkan. Karena jika dikalkulasi, harga tiket Rp 10 ribu saja, dikalikan 600 orang maka akan didapat hasil Rp 6 juta rupiah. Dipotong sewa gedung, pengamanan, dan tetek bengeknya, masih ada di atas Rp 2 juta sebagai laba bersih. Kecuali salah dalam memanajemen keuangannya.
Namun setelah tahun 2016an, hampir-hampir kondisinya bertolak belakang. Ampah jadi jarang disentuh oleh konser musik, meski jumlah penonton dan bandnya mengungguli Tamiang Layang.
Apalagi, mereka yang biasa jadi penggerak pertunjukan ala EO, sudah seperti malas membuat gelar serupa.
“Alasan yang pasti, sibuk bekerja mencari nafkah. Yang kedua, kondisi sekarang beda. Anak-anak generasi terbaru sekarang, lebih suka tampil lewat YouTube. Paling hanya mau tampil di kafe, membawa lagu-lagu gampang Beda anak panggung yang lagunya memang menantang. Ya, ada sih, kerinduan membuat konser lagi. Tapi ulah para oknum penyusup yang sering bikin ribut itu yang bikin kita jadi malas,” tutur Amin LM, anak muda di Ampah yang dikenal aktif menggelar pertunjukan.
Baca juga :Â Hiburan Musik Resepsi Perkawinan di Jalan G.Obos Palangka Raya Dibubarkan
Hal tersebut, diakui sekumpulan mantan anak panggung yang ditemui di Ampah tadi. “Ya Om. Kalau anak-anak di Ampah dan sekitarnya, biar begajulan seperti apa, biar bagaimana premannya, masih menghargai teman. Yang bikin rusuh itu mereka yang dari pelosok, dan penonton jenis musik lain, yang menganggap kalau kita senggolan apalagi tabrakan pas loncat-loncat itu sebagai ajakan berkelahi. Mereka nggak ngerti musik rock, tapi sok tahu dan sok jagoan!” celetuk Heri, yang ditemui sedang duduk di dekat sebuah bekas studio band tadi (Minggu, 5/2).
Dan faktor ini, yang membuat Amin serta beberapa penggerak band di Ampah akhirnya seperti jadi malas menggelar lagi. Tanpa dikatakan secara terang-terangan, mereka seperti sepakat untuk melakukan “aksi boikot’. Dan itu entah sampai kapan. [Red]
Discussion about this post