Kalteng Today – Pulang Pisau, – Naiknya harga biji kedelai membuat para produsen tahu dan tempe di Kabupaten Pulang Pisau mengeluh.
Mereka mengaku kenaikan harga itu mengakibatkan pembelian dari para pedagang yang menjual makanan berbahan kedelai turun drastis.
Muhammad Rizky, Produsen tahu dan tempe di Jalan Panunjung Tarung, Kelurahan Pulang Pisau, Kecamatan Kahayan Hilir mengatakan, selama ini dia mengaku membeli kedelai dari Kalimantan Selatan. Dengan kenaikan ia bingung saat menentukan harga jual barang produksinya.
“Kami justru kebingungan sebenarnya dalam menentukan harga, karena jika sembarangan mengambil kebijakan, maka tahu tempe kami bisa tak laku karena kemahalan,” ungkapnya kepada Kalteng Today, Selasa (12/01/2021).
Menurut dia, saat ini strategi dilakukan para produsen adalah dengan mengurangi jumlah produksi 100 persen menjadi 50 persen. Ini dilakukan untuk meminimalisir modal dikarenakan bahan baku yang sampai saat ini masih belum ada tanda-tanda akan menurun harganya.
“ Sangat terpaksa kami harus mengurangi jumlah produksi, sesuai dengan bahan baku yang kami beli saja, itupun sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan pasar harian maupun pasar mingguan di Pulang Pisau,” jelasnya.
Dirinya berharap, bahwa Pemerintah segera memberikan kebijakan agar harga kedelai impor dapat turun, sehingga produksi makanan dan minuman yang berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe dapat meningkat lagi.
“Karena, tahu dan tempe merupakan salah satu penganan wajib bagi seluruh masyarakat di Bumi Handep Hapakat,”ujarnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Pulang Pisau, Elieser Jaya, mengatakan akan melakukan survei harga kedelai, tahu dan tempe.
“Ini perlu, mengingat sampai sekarang kenaikan kedelai masih terus terjadi, mulai dari Rp. 7.500,- sampai Rp. 9.000,- per kg. Jadi agar harga dipasaran selalu stabil,” tandasnya.
Baca Juga : Tingkatkan Kualitas Hasil Produksi, Pelaku UMK Perlu Pembinaan
Dikatakannya, selama ini harga tahu dan tempe memang tidak terlalu naik secara signifikan, namun secara kuota memang benar-benar berkurang, akibat produsen yang mulai melakukan pengurangan bahan baku.
“Kita tetap lakukan monitoring selalu sampai harga biji kedelai dapat normal kembali, walaupun sementara ini masih kurang stabil perkembangannya,” pungkasnya. [Denny-KT]
Discussion about this post