kaltengtoday.com, Palangka Raya – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap terjadi di Kalimantan Tengah (Kalteng), tidak hanya memberikan dampak yang buruk terhadap manusia, namun juga satwa liar seperti orangutan.
Terlebih jika karhutla mengancam wilayah Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kalteng, yang menjadi habitat dari orangutan yang dilepasliarkan oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
“Beruntung TNBBBR Kalteng yang menjadi habitat pelepasliaran orangutan jauh dari isu kebakaran hutan dan lahan,” kata, CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite, Kamis, 15 Juni 2023.
Dijelaskannya, jika orangutan yang selama ini dilepaskan ke alam akan tetap aman. Namun hal tersebut jika tidak terjadi karhutla di habitatnya.
Saat ini, 60 persen orangutan hidup di luar kawasan konservasi yang tentunya akan sering berinteraksi dengan manusia.
“Maka dari itu, saat ini kita terus mencari solusi agar orangutan dan manusia dapat berinteraksi dengan aman,” ucapnya.
Selain karhutla, deforestasi akibat banyaknya pembukaan lahan untuk perkebunan juga mengancam primata yang dilindungi tersebut.
Baca Juga : Sepuluh Individu Orangutan Dilepasliarkan ke TNBBBR Kabupaten Katingan
Dengan penggundulan hutan yang menjadi habitatnya, tentu mengurangi jumlah kawasan yang menjadi habitat orangutan.
“Tentu itu kenyataan yang harus kita hadapi, maka BOSF akan bekerja sama dengan pihak swasta apabila melihat ada satwa liar bukan hanya orangutan, mereka tahu apa yang harus dilakukan,” ujarnya.
Dengan upaya tersebut, diyakini dapat mencegah terjadinya konflik antar satwa liar dan manusia yang tinggal di kawasan habitat.
Pihaknya juga mengajarkan para perusahaan terkait cara membuka hutan, khususnya pembukaan hutan dan lahan dibuka dari arah hutan konservasi menuju ke bagian luar.
Baca Juga : Hingga Juni 2023, 34 Karhutla Terjadi di Kota Palangka Raya
“Dari 400 individu orangutan yang dirawat pada pusat rehabilitasi oleh BOSF di Nyaru Menteng dan Samboja, 260 orangutan diantaranya dalam proses rehabilitasi untuk dilepasliarkan ke habitatnya,” bebernya.
Sedangkan 140 orangutan tidak dapat dilepasliarkan, sehingga pihaknya akan mencari pulau untuk menjadi suaka bagi orangutan, yang nantinya digunakan sebagai tempat pra pelepasliaran.
Hal tersebut akibat, banyak dari orangutan yang diselamatkan dari penangkaran di usia yang terlalu tua untuk Sekolah Hutan dan tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menyintas tanpa bantuan di alam liar.
Baca Juga : Orangutan Yang Masuk Kebun Warga Sebanyak 2 Ekor
“Ada juga yang sakit, seperti tuberkulosis atau penyakit pernapasan kronis, sehingga mereka harus dikarantina permanen karena mengancam kesehatan orangutan lainnya,” tuturnya.
Bahkan, ada juga beberapa orangutan yang memerlukan perawatan intensif jangka panjang akibat cacat fisik yang parah. Meskipun pihaknya tidak dapat merehabilitasi sepenuhnya orangutan ini, namun pihaknya tidak dapat meninggalkan orangutan tersebut.
“BOSF tentunya memiliki limit pada pusat rehabilitasi, namun yang kita pikirkan adalah bagaimana caranya orang utan tidak keluar dari rumahnya yakni hutan konservasi,” pungkasnya.[Red]
Discussion about this post