kaltengtoday.com, – Lifestyle, – Kekinian, mustahil rasanya ada orang yang hidup tanpa terlibat jejaring media sosial. Walaupun ada, tapi persentasenya sangat kecil dan jauh belum bisa mengalahkan jumlah orang di dunia yang sudah menggantungkan hidupnya di sejumlah platform media sosial untuk berbagai kebutuhan.
Tapi, ungkapan soal sesuatu yang terlalu berlebihan atau tidak sewajarnya memang tidak pernah berakhir baik nyatanya juga berlaku untuk media sosial.
Sadar atau tidak, sekarang ini justru banyak orang yang mulai mengalami situasi tidak sewajarnya di media sosial, mulai dari selalu ingin segala sesuatu tentang kehidupannya dipublikasikan di media sosial, sampai yang paling parah membandingkan kehidupan yang dimiliki dengan kehidupan orang lain yang dirasa lebih sempurna.
Hal tersebut pada akhirnya menuntun kepada suatu kondisi yang membuat media sosial menjadi ‘toxic’ atau racun bagi para penggunanaya.
“Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”
Ungkapan tersebut juga sering kali muncul dan mungkin sudah tidak asing lagi di kalangan banyak orang. Bukan tanpa alasan, selama ini media sosial memang berhasil menghubungkan orang yang berada di berbagai wilayah yang jauh dan berbeda.
Tapi di saat yang bersamaan, media sosial justru menjauhkan orang yang berada di satu wilayah dekat. Sebagai contoh, ketika sedang berkumpul bersama teman atau kerabat, kebanyakan orang biasanya hanya fokus kepada ponsel masing-masing dan tidak memiliki waktu berkualitas yang sebenarnya.
Beruntung, selama ini sudah lumayan banyak orang-orang khususnya di kalangan anak muda yang mulai menyadari bahaya media sosial yang toxic dan mulai berani mengambil langkah pencegahan seperti rehat sejenak dari media sosial.
Barangkali ada pembaca yang ingin mencoba hal serupa, berikut hal awal yang harus dipahami sebagai tanda kalau kita memang sudah saatnya rehat dari media sosial:
Fear of Missing Out (FOMO)
FOMO, dalam artian yang lebih sederhana adalah selalu merasa takut ketinggalan informasi atau tren terbaru. Hal ini yang membuat banyak pengguna media sosial selalu aktif memantau ponselnya demi tidak ingin menjadi orang yang sering disebut dengan istilah ‘kudet’ atau kurang update.
Baca juga : Kerap Menimpa Sejumlah Pesohor Indonesia dan Dunia, Apa Maksud dari Cultural Appropriation?
Sering membandingkan diri dengan orang lain
Tak dimungkiri, kalau selama ini media sosial sudah menjadi tempat di mana orang sering membagikan berbagai kejadian atau pencapaian membanggakan yang dimiliki.
Walau tak sepenuhnya salah, hal tersebut yang terkadang mengundang rasa gelisah bagi seseorang ketika melihat pencapaian atau hal membanggakan yang dimiliki orang lain. Situasi ini yang kemudian juga sering memunculkan sifat ‘insecure’ atau tidak percaya diri terhadap diri sendiri.
Baca juga : Deretan Selebriti Indonesia yang Disebut Korban ‘Cancel Culture’
Doom Scrolling yang mengganggu kehidupan
Karena terlalu takut kehilangan informasi terbaru, atau selalu ingin tahu hal apa saja yang sudah dilalui oleh banyak orang, kita sendiri kadang tidak sadar sering melakukan doom scrolling atau keasyikan berselancar di media sosial, 5 menit scroll scroll scroll berujung menjadi 5 jam.
Hal berbahaya ini yang nyatanya bisa mengganggu aktivitas seperti belajar dan bekerja. Walau mungkin tidak mudah, tapi tidak ada salahnya bagi pembaca yang sudah mengalami tanda-tanda di atas untuk rehat sejenak dari media sosial.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan sebagai pengalihan, mulai dari menonaktifkan sementara akun media sosial, menghapus langsung aplikasinya untuk sementara, atau sesederhana mencari hiburan lain seperti menonton film dan sejenisnya.
Semoga kita semua bisa menjadi orang yang bijak dalam bermain media sosial dan terhindar dari situasi yang toxic ya![Red]
Discussion about this post