Bagi para penikmat kopi, mungkin desa tranmigrasi yang berada dipinggiran kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng ini bisa menjadi salah satu rujukan untuk merasakan sensasi menikmati Kopi. Dengan Mengusung jargon kopi nasgitel( panas, legi=manis dalam bahasa Jawa dan kentel/kental) desa ini mulai dilirik wisatawan
Desa itu bernama Kumpai Batu Atas terletak di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Desa ini hanya berjarak sekitar 30 menit dari Pangkalan Bun, Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat.
Disana, tak hanya menikmati seduhan kopi nagitel yang diolah langsung oleh para “barista” dadakan yaitu para petani kopi itu sendiri, namun wisatawan juga bisa merasakan sensasi melihat kebun kopi, memetik mengolah hingga menyeduh kopi berjenis leberika.
Kopi ini dikembangkan oleh para petani transmigran asal Desa Dampit, Malang, Jawa Timur. Mereka ini sudah puluhan tahun hidup di tanah Borneo dan mengembangkan kopi asal tanah leluhur mereka.
Dulunya, perkebunan kopi milik warga yang dulu pernah ditinggalkan karena dinilai tidak ekonomis, saat ini menjadi salah satu destinasi wisata di Kabupaten Kotawaringin Barat yang wajib dikunjungi selain Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP).
Masyarakat petani rata-rata memiliki pohon kopi antara 80-100 pohon yang siap panen.
Dan untuk menarik agar wisatawan mengunjungi desanya saat ini warga mengembangkan wisata kebun kopi. “Saat ini wisata yang kami kembangkan yakni mulai dari memetik kopi, menggoreng kopi hingga menyeduh kopi semuanya dilakukan di kebun,” ujar Sutrino warga setempat.
Dan untuk mendaptkan semua itu menurut pria asal Desa Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu wisatawan cukup membayar paket wisata itu sebesar Rp. 300 ribu per orang. “Paket itu sudah termasuk transportasi dari Pangkalan Bun ke desa kami,”ujarnya berpromosi. Apalagi menurut dia saat ini untuk pengembangan pihaknya dibantu oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat miskin dari cara memetik yang benar, pembuatan hingga pemasarannya.
Dhan-KT
Discussion about this post