Kalteng Today – Palangka Raya, – Mungkin pembaca masih ingat dengan wanita Dayak bernama Herlita Gusran ini. Dia adalah seorang guru biologi dari SMAN 2 Palangka Raya, Kalteng. Ibu dua anak ini pernah viral beberapa waktu lalu di Indonesia berkat penemuannya.
Saat itu dia bersama siswanya melakukan penelitian karya tulis tentang penelitian obat kanker berbahan kayu bajakah yang kemudian diganjar medali emas pada World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan, medio Juli 2019 lalu. Hingga saat itulah akhirnya kayu bajakah di Kalteng menjadi terkenal keseantero nusantara.
Kini Lita, demikian ia biasa disapa, bersama timnya, dengan masih berbahan kayu bajakah namun dengan varian berbeda, kembali berhasil mengembangkan obat kanker payudara dan kelenjar getah bening.
“Untuk pembuatan obat kanker payudara dan kelenjar getah bening ini kita gunakan bahan dasarnya kayu bajakah merah, orang Dayak menyebutnya bajakah hatue (laki),”kata Lita saat ditemui dirumahnya yang asri di bilangan jalan RTA Milono Palangka Raya, beberapa waktu lalu.
Dijelaskannya, ide untuk mengembangkan obat kanker payudara ini sebenarnya datang dari salah satu professor di Kementrian Kesehatan yang memberikan saran kepadanya agar penelitian tentang bajakah itu dilanjutkan namun kelebihan yang spesifik seperti untuk kanker payudara dan getah bening.
Diterangkan Lita, kanker payudara itu pasti berbarengan dengan kelenjar getah bening untuk penyebarannya. Dan pengobatannya dengan menggunakan bajakah ada dua macam produk yakni yang dibalur (diusap) sekitar payudara juga yang diminum berupa obat.
Jadi pengobatannya ada yang lewat dalam dan luar. Dan dari data empiris yang didapat bahwa untuk mempercepat penyembuhanya maka dilakukan dengan dua paket itu,katanya.
“ Yang diminum fungsinya untuk memperbaharui sel yang rusak dari dalam, kemudian yang dibalur untuk menarik dari luar sehingga tidak terjadi penyebaran,”jelasnya.
Dari data yang didapatnya setelah dilakukan pengobatan yakni yang awalnya tidak ada benjolan tapi merasa sakit kemudian dibelakang punggung merasa sakit dan setelah dibalur akhirnya muncul benjolan tapi begitu terus dibalur maka benjolan itu hilang,terang Lita.
Menyinggun persiapan berangkat ke London, Inggris kata Herlita itu dilakukan karena kebetulan ada momen pameran Industri internasional. Memang rencana kemarin akan dilakukan pada Bulan Mei 2020 namun karena adanya wabah virus corona maka diundur pada Bulan Oktober 2020,.
“Saya dan tim sudah terdaftar resmi hingga akhirnya dapat info penyelenggara diundur di Oktober 2020. Padahal semua produk sudah dibuat termasuk uji laboratorium dan kami tinggal menunggu dari BPOM termasuk sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).
Menyinggung biaya untuk berangkat ke negerinya Ratu Elizabeth itu, dijelaskan Herlita semua dia kumpulkan dari koceknya sendiri dan saat ini sudah keluar dana untuk visa dan lainya sekitar Rp. 35 juta.
“Tentu jumlah ini masih kurang namun saya nothing to lose saja dan saya yakin Tuhan akan memberikan jalan asal kita niatnya membantu orang,”katanya.
Baca Juga: BPOM: Efek Viral Bajakah, Ada Penderita Kanker Tak Lanjutkan Pengobatan Medis
Kedepanya kata dia, untuk menghimpun pada peneliti muda seperti anak-sekolah, ia sudah mendirikan perkumpulan yang namanya Central Borno Saint Organisation (CBSO) yang merupakan wadah untuk melakukan penelitian anak muda Kalteng,ujarnya.
”Saya ingin para peneliti muda Kalteng semakin berkembang dan pada akhirnya bisa membantu semua orang,”Pungkas Herlita Gusran. [Red]
Discussion about this post