Kalteng Today – Buntok, – “Bakalan ribet nih, harus musti ngejar-ngejar narasumber kesana-kemari,” Itulah kesan pertama saat sebelum ikut terjun ke ‘dunia’ wartawan atau jurnalistik.
Sebelumnya aku nggak pernah ngebayangin bisa menjalankan dan menjadi seorang jurnalis. Punya dasar kemampuan sebagai penulis aja nggak ada, jangankan menulis sebuah berita, bentuk susunan kalimat berita aja aku nggak tahu.
Masih ingat dulu ketika awal bergabung di media online Kaltengtoday.com pada bulan Maret 2020. Eh… tunggu, nggak terasa ya udah 1 Tahun aja aku disini.
Ceritanya, awal-awal kerja aku di tempatkan di kantor DPRD Kabupaten Barito Selatan (Barsel) dan otomatis aku bakalan membuat berita tentang kegiatan para wakil rakyat disana.
Waktu itu aku kira para anggota DPRD bakalan sulit untuk ditemui buat diwawancarai dan cuek gitu.
But,.. heyy benar kata orang ‘don’t judge a book by its cover’ (jangan melihat buku dari sampulnya) ternyata mereka ramah-ramah guys!.
Apalagi kalau tahu kita seorang jurnalis, mereka bakal terbuka dan dengan senang hati menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Awalnya aku nggak tau gimana job desk dari seorang jurnalis, untungnya ada senior aku yang mau membantu dan mengajak aku untuk mencari, memperoleh, mengolah sebuah berita.
Membuat satu berita saja aku dulu perlu waktu hampir seharian, ya hampir seharian. Pusing guys mikir kalimatnya.
Belum lagi setiap mengirim berita ke redaksi aku selalu dikritik, ada aja yang kurang dan perlu dirombak dari berita yang aku kirim. Selama 2 bulan pertama setiap ngirim berita pasti dan pasti dikritik, sampai pernah ketika selesai mengirim berita aku ngomong “Hari ini dikritik bagian mana lagi ya?,”.
Dari kritikan itu aku nggak pernah marah atau merasa kesal, malah aku merasa senang. Kenapa malah senang? Hey coba lihat sekarang tulisan aku, yang awalnya perlu seharian menulis, sekarang satu berita hanya perlu waktu 15 menit-25 menit aja. Terus aku sudah mulai terbiasa menyusun kerangka berita dengan baik. Itulah tanda ‘sayangnya’ redaksi dengan kita.
Menjadi seorang jurnalis ada senang dan dukanya. Senangnya kita bisa menambah relasi seperti narasumber pejabat, sesama pewarta berita di lapangan, staf-staf di kantor pemerintahan, tukang ojek, paman es doger yang suka lewat kantor KUA, dan lainnya.
Sedangkan dukanya dimana kita sedang meliput kejadian kecelakaan atau keluarga yang kurang mampu dari segi ekonomi, disitu terkadang menguras emosi. Hendak rasanya membantu tapi tidak ada kekuatan buat itu, jadi hanya bisa menyampaikan kabar ini kepada masyarakat.
Tugas jurnalis juga mulia, bukan hanya seorang guru yang dituntut untuk mencerdaskan siswanya tapi seorang jurnalis juga dituntut untuk memberitakan informasi yang mencerdaskan dan mengedukasi para pembaca sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Baca Juga :Â Sambut Baik Program Pelatihan Jurnalistik PWI
Satu hal yang aku syukuri bekerja di kaltengtoday.com, mereka mendorong kita untuk bisa, bisa mencari berita, bisa mengolah berita, bisa menyampaikan berita, dan bisa menjadi yang terbaik.
Kita pun didorong dan dipermudah untuk mengikuti uji kompetensi wartawan yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) difasilitasi Dewan Pers.
Buktinya aku baru 1 tahun terjun ke ‘dunia’ jurnalis sudah mengikuti KLW dan lulus UKW jenjang muda bulan Maret ini.
Jadi, selama kita punya keinginan untuk bisa maka kita pasti bisa, seperti kata seseorang yang aku lupa namanya pernah ngomong “tidak ada yang tidak mungkin didunia ini, selama kita masih berusaha maka itu semua bisa terwujud,”. [Red]
Discussion about this post