kaltengtoday.com, Entertainment– Bisa jadi ini besutan tersukses Fajar Nugros sebagai seorang sineas, setelah sebelumnya juga sukses membesut “Yo Wis Ben” (2018) yang bahkan kemudian dibuat dua sequelnya.
Sekilas melihat trailernya di YouTube, emosi kita, khususnya generasi ’70 sampai ’90-an, seketika terguncang. Kalau dianggap terlalu dramatikal, ya tergelitik lah..
Bagaimana tidak. Bukan hanya greget para pemerannya dalam melakonkan para pelawak grup legendaris itu, namun juga set yang dibangun tim Fajar.
Baca Juga :Â Tembus 7 Juta Penonton, KKN di Desa Penari Sah Jadi Film Terlaris Sepanjang Masa
Jelas ini bukan hasil greenscreen. Karena detail-detailnya begitu hidup. Departemen Artistik yang menjadi unsur pendukung penting dalam setting sebuah cerita, berhasil membangun Kota Solo jauh sebelum era Djoko Widodo, FX Hadi Rudyatmo apalagi Gibran Rakabuming. Solo era 1980-an. Di mana masih banyak becak “mblendhuk” atau mbakyu-mbakyu jamu berkebaya.
Ini adalah elemen yang sangat mendukung cerita. Dan kemudian akting serta kostum pemerannya lah, yang ‘mengeksekusi’ keberhasilan tersebut.
Dan menyaksikan film “Srimulat : Hil Yang Mustahal” sepertinya bukan akan sekadar menjadi media Klangenan pada Gepeng, Basuki, Timbul dkk. Tapi juga akan mengaduk sentimentalisme siapapun yang hidup pada jaman tersebut.
Tentu saja faktor klangenan pada guyon-guyon slapstick Srimulat yang tak lekang dimakan jaman, menjadi jualan kuat film ini.
Baca Juga :Â 5 Film dan Serial yang Wajib Kamu Tonton Sebelum Menyaksikan Doctor Strange : in the Multiverse of Madness
Mungkin agak berlebihan jika membandingkan dengan film biopik buatan luar negeri. Tapi Srimulat ; Hil Yang Mustahal, menjadi sesuatu yang membuat kita ‘terpaksa’ harus mengatakan jargon khas alm Asmuni ini, saat disejajarkan dengan film-film sejenis dari mancanegara. Dan sekarang, hil ini menjadi tak mustahal lagi. [Red]
Discussion about this post