kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Meski punya aroma menyengat hampir sama halnya dengan petai, jengkol (atau yang lazim disebut jaring oleh kebanyakan masyarakat Kalimantan Tengah dan Selatan) ternyata lebih bisa dikonsumsi sebagai cemilan.
Pada musim jengkol, akan banyak dijumpai penjaja makanan ringan jengkol rebus yang dilengkapi bumbu seperti bumbu kacang, ataupun yang berbentuk kasar ala-ala parutan kelapa. Di Kabupaten Barito Timur, akan muncul banyak pedagang musiman yang menjajakan hingga di pelosok kampung.
Baca Juga : Â Ternyata Tanaman Lidah Mertua Punya Banyak Manfaat Lho!
“Dari berjualan jaring atau jengkol, saya bisa mendapat hasil bersih hingga Rp150 ribu setiap kali mengedarkan. Harga per bungkus saya jual Rp10 ribu. Biasanya tak perlu waktu lama sudah habis,” tutur Ny Relawati, warga Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur, ketika dijumpai di rumahnya baru-baru ini.
Pengakuan nyaris sama juga ditemui dari beberapa pedagang musiman. Bisa disimpulkan jika penggemar cemilan yang bertekstur kenyal ini cukup banyak. Apalagi jika penjual tahu cara meramu agar jengkol tak terlalu berbau.
Sayangnya, tanaman jengkol sendiri masih belum terlalu banyak ditemui di kebun-kebun masyarakat. Kebanyakan, masih didominasi oleh karet, dan kini kelapa sawit. Untuk buah, warga masih mengandalkan cempedak dan durian.
Baca Juga : Â Potensi Tanaman Padi Desa Pematang Limau Luar Biasa
Padahal, seperti yang dikatakan Abah Ratu, petani di Tamiang Layang yang menjalin koneksi luas dengan stakeholder maupun petani di Sumatera sana, berbudi daya jengkol lumayan punya potensi ekonomi tinggi.
“Perawatannya tak rumit, mudah ditanam selama tanahnya subur. Dalam tempo 4-5 tahun saja sudah menghasilkan. Kami sudah membuktikan. Bahkan pembelinya sudah berduyun memesan. Kalau mau jual partai, para tengkulak juga biasanya datang menanyakan. Daam satu pohon biasanya saya bisa dapat Rp 200 ribuan,” papar lelaki berkumis itu saat ditemui di rumahnya (Rabu, 26/07/2023).
Apalagi sepanjang pengetahuan yang ia dapatkan, katanya, jengkol yang termasuk famili polong-polongan (fabaciae) tersebut, tak cerewet harus dipupuk. Cukup gunakan saja pupuk alami seperti dedaunan kering, rerumputan yang dicabut, dan sebagainya, yang diletakkan di sekeliling pohon jengkol. [Red]
Discussion about this post