Perempuan paruh baya itu nampak duduk bersila dipinggiran sebuah ruangan berukuran cukup luas . Dengan wajah yang mulai keriput, rambut memutih diikat ekor kuda, tangan tua wanita Dayak itu sangat mahir dalam merangkai bilah-bilah rotan untuk dijadikan sebuah kerajinan dari anyaman yang indah.
Tak nampak lelah diwajahnya walau seharian bekerja. Sesekali ia nampak terkekeh saat bersenda gurau bersama sesama rekan kerjanya dengan dialek lokal yang khas .Inilah yang dilakukan kelompok Pengerajin anyaman Rotan Desa Baok, Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Kalteng.
Tak mudah untuk sampai ke Desa Baok, desa yang lokasinya berada paling ujung di Kabupaten Barito Utara itu. Dibutuhkan waktu tempuh sekitar 13 jam perjalanan darat dari Palangka Raya dengan melewati beberapa wilayah kabupaten di Kalteng seperti Kapuas, Barito Selatan dan Barito Timur. Desa yang konon merupakan desa terpencil ini ternyata wilayahnya jutru sangat dekat dengan Provinsi Kaltim. Hanya dibutuhkan 1-2 jam saja untuk sampai ke provinsi terkaya di Indonesia itu.
Untuk diketahui, selama ini untuk bahan baku berupa rotan tak ada masalah karena hampir semua warga memiliki kebun rotan sehingga bisa mengambil kapanpun saat dibutuhkan. Selain itu warga juga sudah puluhan tahun terbiasa untuk mengolah rotan ini untuk dijadikan berbagai jenis kerajinanan tangan seperti tas dengan berbagai bentuk hingga kerajinan lainnya.
Dalam mengolah anyaman rotan hingga menjadi sebuah tas dengan kondisi setengah jadi itu dibutuhkan waktu antara 2-3 hari. Dan untuk hasil jerih payahnya ini warga mengapatkan hasil sekitar Rp. 115 ribu per satu buah tas. Sementara itu menurut Prasuswatiningsih, Tim pendampingan dari Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng mengaku ia sangat gembira akhirnya bisa sampai di desa terluar yang lokasinya berbatasan dengan wilayah Provinsi Kaltim itu.
“Untuk mencapai desa ini membutuhkan waktu 13 jam perjalanan darat dari Palangkaraya dengan kondisi jalan jauh dari sempurna . Dan ini bagi kami ini sesuatu banget,”ujarnya tersenyum. Namun menurut Soes, demikian wanita berkacamata ini bisa dipanggil, semua penat dan capek selama perjalanan puluhan jam itu terbayar sempurna dengan antusiasnya warga desa saat melihat kedatangan tim BI Kalteng.
Dijelaskannya , untuk membantu meningkatkan keterampilan dan pendapatan para wanita warga di Desa Baok, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah progam yang akan digelontorkan kepada warga desa. Salah satunya yakni dengan membantu pengadaan alat pembelah rotan. Alat ini sangat diperlukan warga agar produktifitas mereka semakin meningkat kedepannya.
“hasil karya mereka memang terkenal bagus dan rapi. Jadi tak salah kalau dipasaran setelah dilakukan finishing dihargai sangat tiinggi. Untuk satu buah tas dibandrol antara Rp.400 ribu hingga Rp. 600 ribu tergantung model dan tingkat kesulitan pembuatannya,”ujarnya.
Selain itu untuk meningkatkan SDM warga, BI Kalteng juga akan mendatangkan ahli rotan untuk membantu meningkatkan kreasi warga agar rotan hasil produksi mereka itu sejalan dengan tuntutan perkembangan model.
“Ini sangat penting karena design tas yang terbuat dari ayaman semakin berkembang sesuai tuntutan pasar. Dan kalau mereka tak bisa mengikuti selera pasar maka akan tertinggal,”jelas Prasuswatiningsih.
Dhan – KT
Discussion about this post