kaltengtoday.com, Palangka Raya – Perkembangan Indeks konsumen pada bulan Agustus 2022 sesuai rilis yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah (BPS Kalteng) menunjukan adanya harga berbagai komoditas secara umum di Kota Palangka Raya mengalami peningkatan.
Menurut Kepala BPS Kalteng, Eko Marsoro di masa Agustus 2022, Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,28 persen atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,94 pada Juli 2022 menjadi 113,26 pada Agustus 2022.
“Salah satu penyumbang Inflasi di Palangka Raya adalah bahan bakar rumah tangga bersama kelompok perumahan, air, listrik sebesar 0,53 persen. Sedangkan kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,60 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,30 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 0,22 persen,” ujarnya kepada awak media, Selasa (6/9).
Baca Juga : Â BPS Nilai Penerapan Prokes di Kalteng Cukup Baik
Lebih lanjut, pihaknya membeberkan untuk kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran 0,20 persen, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,16 persen, dan kelompok transportasi 0,10 persen.
“Kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan relatif stabil. Akan tetapi, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, serta kelompok informasi komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi masing-masing sebesar 3,73 persen dan 0,30 persen,” ungkapnya.
Indeks harga konsumen pada level pedagang eceran Kalteng dikompilasi berdasarkan gabungan dua kota rujukan, yakni Kota Palangka Raya dan Sampit.
“Selama Agustus 2022, tercatat telah terjadi deflasi sebesar 0,01 persen atau mengalami penurunan indeks harga konsumen dari 113,89 Juli 2022 menjadi 113,88 Agustus 2022,” tuturnya.
Baca Juga : Â Hasil Catatan IHK BPS Dua Kota Acuan di Kalteng Alami Inflasi
Peningkatan nilai inflasi Palangka Raya pada 2022 menurutnya, dibandingkan 2022 antara lain disebabkan adanya kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng beberapa bulan lalu.
“Penyesuaian harga BBM seiring kenaikan harga minyak mentah dunia yang berpengaruh terhadap biaya angkutan, kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Dan kenaikan tarif angkutan udara, merebaknya virus ASF pada babi dan PMK pada sapi, serta cuaca yang tidak menentu yang mengganggu suplai dan distribusi barang,” tutupnya.[Red]
Discussion about this post