kaltengtoday.com, Palangka Raya – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah (Kalteng), bersama dengan Borneo Nature Foundation Indonesia, Forum Orangutan Kalteng dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kahayan UPT KLHK, menggelar Hajatan Orangutan 2022, di kawasan Car Free Day (CFD) Jalan Yos Sudarso, Kota Palangka Raya, Minggu (21/8/2022).
Event dengan tagline “Orangutan Hidupnya di Hutan” tersebut, digelar dalam memperingati Hari Orangutan Sedunia, yang jatuh setiap 19 Agustus.
Kepala BKSDA Kalteng, Nur Patria Kurniawan mengatakan, hajatan orangutan 2022 ini menjadi momen bagi pihaknya untuk memberikan penyadartahuan kepada masyarakat akan pelestarian orangutan dan habitatnya.
Baca juga :Â Ratusan Pesepeda Nasional Ikuti Cycle For All di Palangka Raya
Salah satunya dengan tidak ikut memelihara atau memperjualbelikan satwa liar yang dominan hidup di Pulau Kalimantan dan Sumatera tersebut.
Pasalnya, orangutan merupakan satwa liar yang memiliki penyakit yang dapat menular, yakni ektoparasit.
“Jadi orangutan itu membawa atau carrier penyakit untuk hepatitis dan TBC. Jadi kalau sampai itu nanti menular kepada manusia, maka orangutannya sembuh, manusianya yang tertular,” katanya, pada saat diwawancarai.
Bahkan, di dalam undang-undang nomor 5 tahun 1990 dan undang-undang nomor 41 tahun 1999, mengatakan bahwa satwa liar yang dilindungi, termasuk orangutan, tidak diperkenankan untuk dipelihara dan diperdagangkan atau diperjualbelikan.
Maka bagi masyarakat yang melanggar aturan tersebut, dapat dikenakan sanksi tegas berupa kurungan badan.
“Jadi tolong bagi masyarakat, jangan sampai berani-berani menjual atau memelihara orangutan. Karena itu telah dilindungi oleh undang-undang,” tegasnya.
Berdasarkan data, KLHK telah merilis sebanyak 23.000 lebih orangutan di Kalteng. Bahkan, lanjut Nur Patria, dalam 10 tahun terakhir terdeteksi ada sebanyak 104 orangutan yang melahirkan.
Kondisi tersebut menandakan, populasi orangutan di Kalteng saat ini cukup bagus dan terjaga. Akan tetapi, seiring dengan angka kelahiran yang tinggi, penanganan konflik antara orangutan dan manusia yang dilakukan BKSDA Kalteng juga cukup tinggi.
Hal tersebut disebabkan, sebagian habitat orangutan yang telah dirusak sehingga memaksa orangutan untuk mencari makan di wilayah manusia.
“Orangutan itu kan keluar mencari makan. Jadi ketika habitatnya rusak, kemudian orangutan melihat ada kebun, ada masyarakat yang menanam nanas rambutan, tentu orangutan akan mencari makan sesuai dengan nalurinya,” ujarnya.
Melihat orangutan masuk ke kebun warga, tentu hal tersebut dianggap konflik oleh masyarakat. Padahal, orangutan hanya keluar untuk mencari makan dalam waktu-waktu tertentu saja.
Untuk itu melalui momen ini, pihaknya ingin meningkatkan kesadartahuan masyarakat akan pentingnya menjaga habitat orangutan, agar kedepan tidak ada lagi konflik dengan masyarakat. Salah satunya dengan menggandeng generasi muda untuk dapat cinta terhadap orangutan.
“Anak-anak itu adalah bagian dari generasi penerus yang nanti dia akan tahu, oh ternyata orangutan itu begini toh, oh kita harus jaga orangutan karena itu aset Indonesia, aset dunia, bukan hanya aset masyarakat Kalteng saja. Saya juga minta bahwa menjaga orangutan, menjaga potensi SDA hayati yang ada itu, tugas tanggung jawab semua masyarakat warga negara bukan hanya BKSDA, bukan hanya pemerintah, bukan hanya para pegiat saja, tetapi semua harus terlibat. Kalau tidak maka habislah SDA kita,” tuturnya.
Sementara itu, Chief Executive Officer (CEO) Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia, Juliarta Bramansa Ottay mengatakan, dalam melestarikan orangutan dan habitatnya, pihaknya bekerjasama dengan Taman Nasional Sebangau.
Salah satunya dengan melakukan penelitian serta merehabilitasi lahan yang nantinya dapat menjadi habitat orangutan, seperti dengan melakukan penanaman, penutupan kanal serta memberdayakan masyarakat di sekitar hutan untuk dapat turut serta memadamkan api di kawasan hutan.
“Kondisi orangutan di lanskap Rungan dan Sebangau cukup baik, di Sebangau ini kan luasnya sekitar 500.000 hektare, di Rungan sekitar 100.000 hektare, dan 70 persennya masih hutan dan masih bagus untuk habitat orangutan. Tetapi kondisi itu tidak mungkin bertahan selamanya, makanya kita harus bersama-sama menjaga dan melestarikannya,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga mendorong masyarakat untuk dapat membuat Hutan Desa, sehingga nantinya hutan tersebut dikelola oleh masyarakat setempat, yang berdampak pada pelestarian orangutan yang lebih baik.
Baca juga :Â Pemko Palangka Raya Raih 5 Penghargaan dari Pemprov Kalteng
Bahkan, saat ini telah ada 11 Hutan Desa di Kalteng. Selain itu ada hutan adat, seperti hutan ulin Mungku Baru dan hutan penelitian dengan muhamadiyah Palangka Raya.
“Harapannya semua pihak dapat ikut serta, jadi tidak hanya taman nasional, tapi seluruh pihak dapat bersama-sama melestarikan orangutan,” jelasnya.
Di sisi lain, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kahayan UPT KLHK, Ir. Supriyanto Sukmo Sejati, M.Si, dalam kesempatan tersebut juga turut membagikan sebanyak 5.000 bibit tanaman gratis untuk masyarakat, mulai dari tanaman Durian, Sirsak, Kencana serta tanaman endemik dan buah-buahan.
“Intinya dengan menanam pohon akan berdampak pada kualitas oksigen yang baik dan oksigen yang baik tentunya akan sangat baik untuk kehidupan kita,” pungkasnya.[Red]
Discussion about this post