Berita terkini tentang banjir yang menerjang 11 daerah di Kalimantan Tengah kini sedang ramai dibicarakan. Pasalnya sudah beberapa hari air tidak kunjung surut. Hal ini menimbulkan banyak spekulasi tentang hal yang menjadi penyebab banjir di Kalteng.
Selain faktor alami berupa curah hujan yang tinggi, banjir di Kalimantan Tengah juga disebut sebagai bencana ekologi, dikarenakan banyaknya perubahan dari hutan rimbun menjadi lahan perkebunan dan lahan pertambangan.
Berita Kalteng menyebutkan, hal ini membuat gubernur Kalimantan Tengah H. Sugianto Sabran tegas menolak izin pertambangan baru yang diterbitkan kementerian ESDM. Menurutnya dari hasil evaluasi, keberadaan lahan pertambangan seperti emas, zirkon, batu bara dan pertambangan lainnya belum memberi dampak positif yang besar atau memberi kesejahteraan untuk daerah sekitar pertambangan.
Keberadaan lahan pertambangan ini justru memberi dampak negatif berupa lubang besar hasil aktivitas pertambangan yang belum direklamasi. Hal ini tentu dapat merusak lingkungan jika terus dibiarkan berkelanjutan. Berita terkini Kalimantan Tengah juga menyebutkan bahwa, gubernur Kalteng meminta pada kementerian ESDM untuk tidak memperpanjang izin pertambangan.
Mengutip dari info Kalteng, gubernur Kalteng akan membentuk sebuah satgas yang bertujuan meningkatkan pengawasan terhadap lingkungan. Satgas ini nantinya akan menindak langsung siapa saja yang melanggar atau merusak lingkungan. Gubernur juga meminta agar masyarakat berperan aktif dalam mensosialisasikan pengawasan dan penjagaan terhadap lingkungan.
Pulau Kalimantan terkenal dengan hutannya yang sangat rimbun yang dengan keadaan tersebut, bisa dipastikan bahwa Kalimantan memiliki daerah resapan air yang banyak. Hal inilah yang membuat pulau Kalimantan digadang-gadang sebagai pulau yang minim bencana banjir meski curah hujan sedang tinggi. Namun, saat ini kemungkinan banjir menjadi lebih tinggi seiring dengan banyaknya hutan yang beralih menjadi pertambangan.
Sebuah studi pengindraan jarak jauh yang dilakukan oleh Wells pada tahun 2016 menyatakan, dengan kondisi hutan di Kalimantan, kemungkinan banjir akan lebih kecil di daerah yang vegetasi atau tumbuhannya lebih rimbun di daerah DAS (Daerah Aliran Sungai) dan minim area kelapa sawit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin rimbun sebuah daerah maka kemungkinan banjirnya akan semakin kecil.
Hal ini berbanding terbalik dengan berita terbaru tentang kondisi Kalimantan Tengah saat ini yang memiliki lebih banyak daerah pertambangan dibanding daerah resapan air. Ditambah dengan curah hujan yang cukup tinggi, tentu hal ini akan menambah dampak buruk dari kerusakan lingkungan yang terjadi di Kalimantan Tengah.
Selain upaya pemutusan, penolakan dan permohonan agar tidak memperpanjang izin pertambangan kepada kementerian ESDM, upaya reklamasi dan penanaman kembali lahan pertambangan dengan pohon juga penting dilakukan untuk menyelamatkan Kalimantan Tengah dari kerusakan alam dan meminimalkan bencana alam akibat tingginya curah hujan.
Discussion about this post