Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Banjir di kawasan Bukit Rawi, Kabupaten Pulang Pisau, yang merupakan jalur penghubung Palangka Raya ke Daerah Anak Sungai (DAS) Barito, ternyata ikut berdampak pada harga sejumlah kebutuhan.
Harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah kios eceran Kabupaten Barito Timur, uniknya, juga menerima dampak. Padahal, pasokan BBM biasanya dari Banjarmasin, yang notabene tidak melewati rute Bukit Rawi.
Pantauan di lapangan tadi pagi (Minggu, 21/11) menunjukkan harga Pertalite yang biasanya dijual Rp 10 ribu per liter, kini merangkak naik Rp 1 ribu, hingga harga jualnya menjadi Rp 11 ribu. Pertamax, dari Rp 11 ribu, jadi Rp 12 rbu. Dan bensin, yang memang stoknya sulit didapat, berkisar antara Rp 13 ribu – Rp 14 ribu.
“Saya terpaksa menaikkan, Mas, soalnya saya beli juga sudah naik harganya. Mosok saya tidak cari untung?” kilah seorang pedagang di satu kios BBM eceran di Ampah, Kecamatan Dusun Tengah, yang menolak diambil foto dirinya maupun kiosnya.
Baca Juga : BPBD Damkar Bartim Lakukan Sosialisasi Kesiapsiagaan Hadapi Banjir
Itu baru harga rata-rata di wilayah ‘luar’, yang berada di tepi jalan raya atau tak terlalu jauh dari Ampah. Di desa-desa yang letaknya lebih ke ‘dalam’, harga jelas berbeda lagi. Pedagang tadi juga mengatakan, fenomena lebih mengerikan, sudah terjadi di Buntok, Kabupaten Barito Selatan, beberapa hari yang lalu.
“Antrian warga di SPBU sana panjang sekali. Seperti krisis berat saja. Masih untung kita di sini, Mas. Antriannya tidak terlalu mengular panjang,” imbuhnya.
Baca Juga :Hadapi Ancaman La Nina, BPBD Bartim Imbau Warga Waspada
Meski harga bahan bakar sedang naik, penjual jasa transportasi seperti angkutan umum yang biasa disebut “taksi”, mengaku masih belum bisa menaikkan tarifnya. “Sulit, Mas. Kita bisa diprotes penumpang, khususnya ibu-ibu dari kampung. Jadi, biar sajalah saya tetap dengan tarif yang ada. Dari Ampah- Tamiang Layang, masih Rp 20 ribu. Dari Ampah ke Kelua, masih Rp 35 ribu. Toh, biasanya kenaikan harga bensin akibat banjir juga tidak lama. Habis itu normal lagi,” tutur Hardi, pemilik sekaligus pengemudi sebuah taksi jurusan Amuntai – Ampah – Buntok. [Red]
Discussion about this post