Kalteng Today – Entertainment, – Sepuluh tahun ke belakang, film Indonesia berkualitas mulai menunjukkan kembali masa kejayaanya. Sebenarnya sejak dulu ada banyak pilihan film tanah air super keren yang bahkan bisa bersaing di kancah International.
Sebut saja Pengabdi Setan, Marlina Si Pembunuh Empat Babak, hingga Laskar Pelangi. Tapi kemudian sempat redup ketika film bioskop dalam negeri didominasi oleh cerita hantu-hantuan yang mengedepakan keseksian pemain.
Indonesia tidak pernah kehabisan ide kreatif untuk membuat sebuah karya film yang ciamik. Tapi kadang ada beberapa karya seni yang tidak bisa diterima oleh budaya ketimuran Indonesia, meski anehnya hantu-hantuan seksi laku juga.
Bukan hanya kurang apresiasi, ada beberapa film buatan dalam negeri yang justru banyak menuai kontroversi hingga berbuntut dilarang tayang di negara sendiri.
Beberapa film yang dan dilarang tayang itu dianggap tabu, aib, atau tidak lulus sensor karena tema yang terlalu berani atau tidak laku karena kurang promosi.
Uniknya, beberapa film yang ‘tidak laku’ di Indonesia justru banyak memenangkan penghargaan di festival film Internasional.
Sebut saja…
Kucumbu Tubuh Indahku (2018)
Film yang bercerita tentang penari Lengger Lanang ini menuai kritikan karena secara gamblang mengangkat isu seksualitas sesama jenis. Mengingat LGBT adalah salah satu isu sensitif di Indonesia, film ini pun tidak dizinkan tayang di bioskop tanah air.
Padahal, film karya Garin Nugroho ini justru memenangkan dua dari tujuh nominasi di ajang Festival Film Tempo 2018 dan laris di luar negeri.
Marlina Si Pembunuh Empat Babak (2017)
Marlina, si janda yang membunuh kawanan perampok dan memenggal kepala bos yang akan merampok rumah dan kehormatannya ini tidak menjadi salah satu film terfavorit di tanah air.
Tapi Marlina berhasil mengantongi banyak penghargaan baik dari dalam dan luar negeri. Film ini memenangkan 10 kategori dari 15 nominasi Festival Film Indonesia 2018 dan juga penghargaan dari Festival Film di Maroko, Polandia, Spanyol, dan Filipina.
Senyap (2014)
Salah satu film dokumenter terbaik karya Joshua Oppenheimer ini menuai kritikan ketika mengangkat kisah kelam di balik pembantaian PKI tahun 1965.
Dalam Senyap, diceritakan dari sudut pandang korban yang kehidupannya berubah karena dianggap sebagai bagian dari PKI.
Film ini kontroversi di Indonesia, namun menjadi salah satu nominasi film dokumenter terbaik di Oscar.
Istirahatlah Kata-kata (2016)
Satu lagi karya anak bangsa yang berhasil meraih prestasi di kancah Internasional. Istirahatlah Kata-kata karya Yosep Anggi Noen diganjar penghargaan khusus dewan juri dalam International Film Festival Love is Folly Bulgaria.
Sayangnya di Indonesia film ini hanya tayang beberapa hari di bioskop tanah air, bahkan di beberapa tempat didatangi aparat untuk menurunkan film ini dari layar lebar. Karena isu yang diangkat dari film ini menyajikan dark comedy satir tentang aktivis dan sastrawan yang menyuarakan perlawanan terhadap rezim orde baru.
Siti (2014)
Setelah memenangkan beberapa penghargaan di FFI hingga Festival Film Shanghai 2015, akhirnya Film Siti tayang di bioskop tanah air.
Sebelumnya film berlatar hitam putih ini hanya bisa dinikmati di aplikasi streaming karena belum lulus sensor untuk tayang di layar lebar Indonesia.
Film yang berkisah tentang Siti, seorang pemandu karaoke kelas bawah di Yogyakarta ini menggambarkan kehidupan kelam seorang istri yang harus merawat suaminya yang lumpuh.
Baca Juga :Â 6 Film yang Akan Tayang di Netflix Pada Pekan Pertama Juli 2021
Tidak laku di Indonesia, Siti justru meraih banyak penghargaan di luar negeri.
Itulah deretan film kontroversi dan kurang promosi yang justru lebih laris di luar negeri. Kalau kalian penasaran karena belum pernah nonton di bioskop Indonesia, film-film ini bisa disaksikan di aplikasi streaming kok.
Film mana favorit kalian? [Red]
Discussion about this post