Kaltengtoday.com, – Entertainment, – Tanpa disorot media, usai film kolosal Sultan Agung: Tahta ,Perjuangan & Cinta (2018), yang ia sutradarai bersama sineas kondang Hanung Bramantyo selesai tayang perdana dan promosi, sutradara X Jo mengambil cuti istirahat dan terbang ke Kalimantan Tengah.
Niat semula adalah menolong kawan sekolah di SMA dulu, yang kini berdomisili di Tamiang Layang dan berencana membuat talk show perfilman yang disertai workshop. Namun begitu melihat suasana dan alam Kalteng yang dianggapnya memiliki eksotisme sendiri, X Jo malah mendorong sohibnya itu bersama-sama para kru setempat dari Komunitas Lewu Talenta Nansarunai Jaya, membuat film pendek, sebagai bahan praktek.
“Saya memandang banyak objek yang sangat ‘seksi’ di mata saya. Perahu kelotok, sungai berair merah, rumah-rumah kayu di sungai..itu hal yang menurut kalian biasa di sini, tapi jadi inspiratif buat seorang film-maker,” ucapnya. Sayang, saat itu waktunya menikmati holiday terbatas, membuat X Jo tak bisa berlama-lama di Kalteng. Beberapa tawaran proyek penggarapan film, baik yang berskala industri maupun daerah, sudah menunggunya.
“Teman-teman sineas daerah di Kalteng, saya harapkan harus terus berkarya. Ya memang harus ada yang jadi motor penggeraknya di tiap daerah. Persoalan apakah pemerintah setempat mau membantu atau tidak, itu soal kemudian. Tapi tidak mensupport perfiman daerah itu sebuah kesalahan besar, Karena film adalah satu-satunya media yang bisa mewakili banyak pesan di sana,” tuturnya tadi sore (Minggu,10/ 10), ketika dikontak media ini melalui video call.
X Jo juga menyatakan keinginannya lagi untuk jalan-jalan di Palangka Raya, Tamiang Layang dan beberapa kabupaten lain, jika ada waktu istirahat kembali nanti. Saat ini, dirinya sedang disibukkan oleh tawaran kontrak dari para distributor film dari manca negara, lewat garapan terbarunya yang bergenre horor non mainstream; Jangan Sendirian (JS), atau yang di luar negeri diedarkan dengan judul Die Alone
Baca juga : Waww, Good! Indonesia Terkenal Juga Di Film-film Hollywood!
“Ya kebetulan, JS dilirik distributor ASEAN untuk dipasarkan di lima negara, namun baru Malaysia dan Brunei Darussalam yang sudah menayangkannya, dengan waktu yang cukup lama dalam ukuran sebagai film luar negeri mereka, yaitu 35 hari tayang. Sementara negara lain yang sudah interest namun masih menutup bioskopnya akibat munculnya gelombang varian Delta dari India, yaitu Singapura,” tutur lelaki yang juga dikenal piawai dalam teknologi CGI ( Computer Generated Image) ini. Dan CGI buatan X Jo antara lain bisa kita nikmati pada film Habibie & Ainun juga Pengejar Angin.
Baca juga : Terlalu Kontroversi, 5 Film Indonesia ini Justru Laku di Luar Negeri
“Di Astro First Malaysia, JS juga tayang. Dan tidak disangka, ada seorang distributor asal UK(Inggris) yang tertarik untuk memasarkannya di wilayah Eropa dan AS. Karena menurut dia, JS bukan film horor biasa dan dianggap masuk pasar mereka. Padahal, JS ini kan keseluruhannya digarap oleh orang Indonesia, termasuk juga bahasanya. Tapi itulah, ternyata mereka menilai JS memenuhi kualitas kontrol teknis,” pungkas X Jo. **[Red]
Discussion about this post