Kalteng Today – Sampit, – Pemuda Kotawaringin Timur Peduli (PKP) menggelar diskusi virtual dengan tema besar. Bagaimana Pemuda Kotim Seharusnya Menyikapi Politik Lokal?”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Selasa, (22/12/20), melalui aplikasi Zoom Cloud.
Diskusi tersebut menghadirkan Ahmad Sahide sebagai pembicara dan diikuti oleh 23 peserta yang mayoritas berasal dari Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Mengawali pemaparannya, Ahmad Sahide mengatakan bahwa pemimpin yang terpilih melalui Pilkada serentak baru-baru ini akan menghadapi situasi pelik, karena Pandemi Covid-19 memaksa pemimpin daerah harus lebih kreatif dan adaptif, Jelasnya, Kamis (24/12)
“Semua pemimpin tidak hanya pada level nasional tapi tataran lokal akan menghadapi persoalan yang tidak mudah karena pandemi covid-19 ini”tambahnya.
Pandemi yang mensyaratkan pemimpin bekerja lebih ekstra dari biasanya ini bukan tidak mungkin justru akan melahirkan kebijakan-kebijakan yang brilian, terutama jika mampu ditransformasikan secara digital.
Ia mencontohkan fenomena meeting daring melalui Zoom dan menyebutnya sebagai sebuah lompatan peradaban. Akuinya.
“Kita belum membayangkan bisa berdiskusi atau meeting melalui sebuah aplikasi sebelumnya tapi pandemi justru membuat kita lebih kreatif melalui Zoom kita bisa membahas apa saja termasuk diskusi pada malam hari ini, saya menyebutnya sebagai lompatan peradaban.” Ujarnya.
Dikatakannya lagi bahwa harus ada pemuda yang melakukan pendidikan politik.
Apalagi Populisme dan politik uang merupakan dua hal yang menjadi ancaman serius dalam demokrasi Indonesia, tak terkecuali dinamika politik di Kotawaringin Timur.
Menurutnya, tanggung jawab moral dari pemuda Kotim adalah mengcounter isu-isu desktruktif tersebut dengan cara-cara yang soft seperti melakukan pendidikan politik kepada masyarakat. Paparnya.
Pendidikan politik itu penting agar ke depan kita bisa menghasilkan pemimpin yang memiliki gagasan, pengalaman, rekam jejak, dan kemampuan leadership yang teruji sehingga kebijakannya kelak bisa bermanfaat untuk hajat hidup orang banyak. Tutupnya.
Sementara itu, salah seorang penanya dalam diskusi tersebut yakni, Nur Firmansyah menanyakan terkait dampak dari apatisme masyarakat pada kualitas demokrasi di daerah terutama pada saat pemilihan elektoral.
Ahmad menjawab bahwa salah satu indikator kualitas demokrasi ditentukan pula pada kuantitas pemilih atau partisipasi masyarakat, namun selain kuantitas ia juga menyinggung terkait dengan kualitas dari pemilih. Artinya semakin rasional pemilih maka semakin baik pula kualitas demokrasi di daerah tersebut. Jelasnya.
Masyarakat yang cenderung memilih golput dengan alasan yang irasional artinya ia belum merasakan bahwa keputusan politik kelak menentukan hajat hidup orang banyak termasuk orang yang memutuskan golput tersebut, ada banyak faktor namun kualitas pemilih juga menentukan.
Perlu Masifkan Forum Intelektual. Ia melanjutkan bahwa gerakan alternatif sangat diperlukan apabila mekanisme check and balances oleh lembaga resmi pemerintah kurang menjalankan fungsinya secara optimal.
Dosen Pascasarjana UMY ini mencontohkan gerakan tersebut bisa berbentuk forum diskusi ringan namun substansial sehingga ekuilibrium pemerintahan bisa tetap seimbang, tak lupa ia mengapresiasi diskusi yang diselenggarakan PKP. Tandasnya.
Baca Juga:
Dapat Bantuan 10 Perahu Klotok Gubernur Kalteng, Sekolah di Bantaran Sungai Mengaku Terbantu
Ibadah Natal, Warga Kabupaten Kapuas Diminta Patuhi Prokes
“Agar demokrasi berada pada trek yang ideal: oleh rakyat, bagi rakyat, dan untuk rakyat maka partisipasi rakyat penting dalam proses ini bisa dengan diskusi kecil seperti ini.” Tukasnya.
Diskusi pada malam tersebut berlangsung dinamis namun tetap bersahaja. Para peserta turut memberikan respons berupa pertanyaan dan tanggapan yang artinya menunjukkan antusiasme mereka sangat tinggi.
Diskusi yang didukung oleh Sampit Info dan diselenggarakan oleh PKP tersebut rencananya akan kembali digelar dengan tema dan pemateri yang berbeda. Tutupnya. [Red]
Discussion about this post