kaltengtoday.com – Sampit. Pandemi virus corona memukul ekonomi masyarakat, khususnya bagi pedagang kaki lima. Omzet penjualan bahkan turun drastis hingga 60 persen akibat isu virus ini.
“Bukan hanya separoh tapi ini lebih, hingga 60 persen jualan turun setelah ramai wabah ini diumumkan,” ujar Sobirin (27), pedagang Martabak di kawasan Jl. Kapten Mulyono Sampit, Selasa (24/3/2020).
Menurutnya, omzet penjualan turun dikarenakan orang-orang mengurangi aktivitas di luar rumah. Mereka membatasi diri di dalam rumahnya sendiri dan hanya keluar jika membutuhkan hal yang penting saja.
“Lihat saja jalanan yang biasanya ramai dikawasan Jalan Kapten Mulyono, jadi lebih lengang begitu,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, pembeli juga lebih berhati-hati memakan makanan di luar karena khawatir penularan virus corona. “Ditambah lagi kini harga bahan-bahan naik. Jadi makin susahlah kami,” tuturnya.
Jika biasanya jualan mulai habis ashar hingga pukul 00.00 WIB menghasilkan sekitar Rp1,5 jutaan, kini paling banyak membawa pulang sekitar Rp600 – 700 ribu.
“Semoga cepat selesai wabah ini, susah kalau sampai berkepanjangan,” lanjut pria asal pulau jawa ini.
Sementara itu, bagi pedagang susu jahe, isu virus Corona justru membawa berkah tersendiri, Menurutnya, jualan susu jahe yang biasanya hingga sampai pukul 23.00 WIB kini bisa pulang lebih cepat.
“Alhamdulillah, cepat banget jualan sekarang. Orang pada berburu susu jahe. Mungkin karena kabarnya dapat melawan virus,” kata Pak Mul, salah satu penjual susu jahe di kawasan Jalan Cilik Riwut Sampit.
Dituturkan oleh pedagang kaki lima yang tiap malam mangkal kecuali jum’at malam ini juga, jika sebelum muncul isu virus corona, dirinya yang biasa mangkal sejak pukul 18.00 WIB dan pulang sekitar pukul 23.00 WIB, seringkali jualannya malah tidak habis.
“Dulu kadang masih ada sisa. Kini sebelum jam 21.00 WIB malam sudah ludes apa lagi susu jahe. Padahal bawaan saya lebih banyak.” Ujarnya sambil tersenyum.
Meski diakuinya harga jahe merah kini melambung tinggi, tembus hingga Rp80 ribu per kilogram dan harga gula juga ikutan naik. Namun, karena jualannya laris, dia masih bisa dapat untung.
“Terpaksa harga naik dikit. Dulu Rp5 ribu per gelas jadi Rp 6 ribu. Alhamdulillah laris, dan tidak sedikit banyak yang pesan bungkus dibawa pulang ada juga yang minta antar kerumah,” tutupnya. [Red]
Discussion about this post