kaltengtoday.com, – Tamiang Layang, – Meski olahraga seni beladiri campuran (mixed martial art/MMA) di mana-mana sedang menjadi tren dan berkesan keren, namun imej itu di Kabupaten Barito Timur sepertinya masih harus dibangun dulu. Bukan soal keawaman hampir sebagian besar masyarakat, namun para olahragawannya masih terus berada dalam proses perjuangan mengeksiskan latihan mereka.
Di samping itu pula, menurut pelatih MMA di Tamiang Layang, Roy Prihantenta, ketika dibincangi di sela latihan tadi (Sabtu, 06/11), mereka juga masih bergelut dengan persoalan pembiayaan latihan rutin, seperti kelengkapan semisal sarung tinju, elbow support, samsak, knee support, hand wrap dan lain-lain.
“Ya selama ini, kami beli secara swadaya. Tidak masalah namanya juga hobi. Tapi untuk kelengkapan grapling/ ground fightingnya, kita perlu matras dan tempat khusus. Masalahnya, latihan bagian ini tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Kalau untuk latihan stand up fighting sih, berlatih di manapun tak jadi masalah. Buktinya, ini kita latihan di trotoar taman RTH, ” ucap Roy.
Baca juga : Jaga Kebugaran, Tahanan di Polres Seruyan Diwajibkan Olahraga
Memang, Pemkab Bartim sendiri memberikan perhatian dengan mendukung berdirinya Pengurus Cabang (Pengcab) MMA di sini. Demikian juga kehadiran klub MMA dulu, pada awalnya didukung oleh dua wakil ketua DPRD. Yaitu Wakil Ketua 1 DPRD Bartim Ariantho S Muler dan Wakil Ketua 2 DPRD Bartim Depe SE. Bahkan sampai memberangkatkan delegasi untuk berlaga di seleksi One Pride MMA yang digelar oleh salah satu teve swasta nasional milik businessman Abu Rizal Bakrie.
Baca juga : Arahkan Anak Usia Remaja Pada Kegiatan Olahraga dan Organisasi
“Jujur saja, kami memerlukan donasi tetap untuk keberlangsungan latihan. Apalagi kalau diminta mampu berprestasi. Karena untuk bisa berprestasi, tentunya harus ada dukungan (dalam arti luas). Pelatihan intensif yang disokong fasilitas memadai, begitulah,” imbuh Roy, yang kesehariannya bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bappeda Bartim tersebut.
Dan keterbatasan ini, menurut Roy yang diamini kedua rekannya; Anugerahnu dan Aryadi K, membuat mereka masih diklasifikasikan di level C di skup nasional. Tentu saja, mereka menginginkan kategori ini dapat dinaikkan lagi. Namun satu persoalan yang juga cukup mengganggu adalah; pembinaan bibit petarung yang berkualitas.
“Karena ini kota kabupaten yang terbatas, jadi kalau ada anggota yang masih usia sekolah, begitu lulus, mereka pasti keluar karena meneruskan studi keluar kota. Pernah juga kemarin kita dapat calon fighter andalan. Ideal lah orangnya. Eh begitu sudah kita gadang-gadang, dia lulus seleksi penerimaan anggota TNI.Akhirnya, ya kita terpaksa cari lagi,” papar mereka seraya tertawa.[Red]
Discussion about this post