Kaltengtoday.com, Seruyan – Usia senja tak menghambat kaki M. Sabri melangkah lincah di atas keramba. Drum-drum beralaskan papan kayu yang mengapung di Sungai Seruyan tak ubahnya lantai dansa bagi pria berusia 64 tahun. Keseimbangan tubuhnya terjaga. Sambil berpindah dari sudut ke sudut, tangannya mengepal butiran pakan dan ribuan ikan telah siap menyambut.
Sabri merupakan pensiunan guru sekolah dasar yang berasal dari Desa Tanjung Rangas II, Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Baginya, belajar dan memberdayakan sesama merupakan tugas sepanjang usia. Saat ini ia telah beralih dari kegiatan pembelajaran dalam kelas menuju rangkaian keramba ikan di tepian Sungai Seruyan—sungai yang mengalir sepanjang 350 kilometer dari pegunungan Schwaner menuju Laut Jawa di bagian selatan.
Baca Juga : Dinas Perikanan Pulang Pisau Mulai Kembangkan Budidaya Ikan Sistem Polikultur
Kisah pemberdayaan melalui kegiatan budi daya ikan air tawar dimulai pada tahun 2019. Sebelumnya, warga terbiasa memanfaatkan Sungai Seruyan untuk memancing dan menjala ikan. Hasil tangkapan mereka kemudian disimpan dalam keramba-keramba sederhana di tepian sungai. Menurut Sabri, aktivitas ini cukup untuk memenuhi keperluan konsumsi sehari-hari, tetapi tidak memiliki manfaat ekonomi yang lebih besar.
Kondisi berubah setelah Sabri dan beberapa warga desa lainnya berjumpa dengan perwakilan PT Tapian Nadenggan, grup Sinar Mas Agribusiness and Food dalam program mata pencaharian alternatif. Warga dan perwakilan perusahaan saling bertukar pikiran. Melihat pada potensi alam dan pasar yang menjanjikan, mereka sepakat menjalankan program budidaya ikan menggunakan keramba.
Sabri antusias dengan program ini. Menurutnya, program ini menawarkan pengetahuan dan keterampilan baru bagi warga. Ia meyakini bahwa budidaya ikan air tawar akan memberi manfaat ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan, dibandingkan hanya menangkap ikan dan menyimpannya dalam keramba. Jiwa semangat belajarnya memuncak dan ia bertekad untuk berbagi pengetahuan yang ia punya kepada warga lainnya.
Menurut Sabri, perusahaan memberi berbagai bentuk dukungan dalam penerapan ide ini. Perusahaan melakukan sosialisasi dan pelatihan budidaya; menyediakan bibit, pakan, serta sarana pembuatan keramba; serta pendampingan pascapanen. Perusahaan pun memberikan pelatihan tambahan seperti cara membuat pakan dan suplemen pertumbuhan ikan sehingga warga desa dapat lebih mandiri.
“Kami mendapatkan pengalaman dan ilmu luar biasa dari program ini. Kami juga bisa memperoleh penghasilan tambahan. Dari budi daya 2.000 bibit ikan selama 4-5 bulan, kami dapat menghasilkan sekitar 3 kuintal ikan dengan nilai jual hingga Rp10 juta,” ujarnya. Ia pun mengatakan bahwa tidak sulit mencari pembeli, bahkan sering kali warga datang langsung ke tempatnya untuk membeli ikan.
Baca Juga : Nelayan Sungai di Netampin Harapkan Pembinaan Budidaya Ikan
Keuntungan yang didapat dari kegiatan budidaya ikan ini digunakan untuk kepentingan bersama. Sebagian hasil jual digunakan untuk biaya operasional pengurus yang berjumlah empat orang, sementara sebagian lainnya digunakan untuk keperluan umum di desa seperti kegiatan sosial dan keagamaan. Lebih dari 115 kepala keluarga di desa Tanjung Rangas II merasakan manfaat dari program ini.
Setiap pengetahuan baru yang diterima Sabri tak ragu ia sebarkan kembali kepada warga desa, terutama generasi muda. “Sebagai pensiunan guru, saya ingin terus berbuat sesuatu untuk belajar dan memberdayakan sesama. Saya bersama warga desa lainnya melihat peluang untuk menambah wawasan dan menghasilkan uang melalui kegiatan budi daya ikan air tawar ini,” ujar Sabri.
Menurut Head of Community Economic Empowerment Sinar Mas Agribusiness and Food, Jusupta Tarigan, budi daya air tawar merupakan bagian dari program Bright Future Initiative yang bertujuan mengoptimalkan potensi desa dan menghasilkan pendapatan tambahan bagi warga. Ia pun mengapresiasi semangat yang ditunjukkan oleh warga desa dalam menjalankan program ini.
“Kami mengapresiasi keikutsertaan warga desa untuk menyukseskan program ini. Warga antusias untuk mengikuti pelatihan dan menjalankan budi daya ini bersama-sama. Sejauh ini hasilnya pun cukup baik, dibuktikan dengan pertumbuhan dan kemampuan ikan-ikan untuk bertahan hidup. Program ini telah menghasilkan nilai ekonomi yang nyata,” ujarnya.
Baca Juga :
Jusupta menambahkan, perusahaan siap untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk kebermanfaatan yang lebih luas. “Selain di Desa Tanjung Rangas II, kami juga sedang mengembangkan program serupa di Desa Sandul, tetapi masih pada tahap pembelajaran dan pendampingan. Kami berharap program budi daya ikan air tawar ini dapat memberi lebih banyak manfaat bagi masyarakat,” ucapnya. [Red]
Discussion about this post