kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Jika memperhatikan kawasan subur pangan di Kabupaten Barito Timur, seperti di Kecamatan Dusun Tengah, Paku dan Pematang Karau, maka hanya ada satu komoditas yang terlihat jelas pasarnya. Yaitu padi.
Memang tidak salah, karena varietas inilah yang menyokong lumbung pangan kabupaten, meski punya sisi pahit. Yaitu berasnya banyak dibeli petani Kalsel, dan kemudian dijual lagi dengan logo dan merk sana. Bukan merk aal Kab Bartim.
Di samping masih belum variatifnya produk tanaman pangan, ternyata menurut beberapa praktisi pertanian, petani di Bartim masih mempunyai kelemahan lain. Yaitu permodalan, yang merupakan kunci bagi keberanian mengembangkan pertanian, tidak hanya pada satu siklus saja.
Baca Juga : Â Bupati Bartim Tanyakan Pencapaian dan Tantangan Pendapatan di Rakor Terbatas
“Lemahnya akses modal dan pasar menyebabkan para petani hanya berkutat pada sisi on farm (budidaya) saja, sementara aspek pemasaran dan pengembangan bisnis (off farm) petani sangat lemah, akhirnya nilai tawarnya pun kurang maksimal,” tutur Yan Ratno, petugas penyuluh lapangan (PPL) senior di Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Kab Bartim, tadi (Kamis, 14/ 7).
Hal senada, juga pernah dilontarkan pejabat pusat bidang terkait. Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Slamet Edi Purnomo juga mengatakan, bahwa sebenarnya infrastruktur yang mendukung pertanian telah memadai, tapi kebijakan yang ada belum diterapkan dengan baik.
Seperti statementnya yang pernah dilontarkan di salah satu media daring nasional,, Slamet memberi contoh, kehadiran Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dirasa belum maksimal. Realisasi penyaluran KUR di sektor pertanian, juga masih di bawah 7 persen.
Baca Juga : Â Operasi Bersama Tani Sejahtera, Bantu Pemkab Bartim Sukseskan Program Ekonomi Kerakyatan
Tentunya ini membuktikan, bahwa maksimalisasi pemberdayaan pada petani masih jauh dai harapan. Apalagi mencapai kata “kesejahteraan”. Apalagi ditambah persoalan seperti kekurangpercayaan pihak perbankan pada petani.
“Saat ini, masih banyak petani yang kesulitan mengklaim KUR karena prosesnya yang tidak sederhana. Perbankan tidak mau menyalurkan kredit karena petani tidak punya agunan, penghasilan yang tidak tetap dan tidak adanya sertifikat kepemilikan tanah,” ujarnya dalam satu acara simposium bersama para petani.[Red]
Discussion about this post