Kalteng Today – Sampit, – Namanya mungkin masih terdengar asing bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur, yakni Muhammad Bastian. Namun, bagi penggiat kopi sejati mungkin sudah ada yang mengenal sosok ayah 2 anak ini. Ya, dirinya adalah pegiat kopi meski tidak menyukai kopi pada saat merintis usaha kopi Bapinang khas Sampit yang saat ini membawa peruntungan terhadap keluarganya.
Memulai Usaha Kopi Bermodal Uang 50 Ribu
Ketika ditemui di Kedai Kopinya di Jalan H Ahmad Nomor 15 Sampit, bahwa Muhammad Bastian sebelum menggeluti usaha Kopi Sampit khas Desa Bapinang ini adalah tukang bangunan saja.
“Jujur saja, saya ini bukan pegiat kopi atau suka minum kopi. Namun, ketika itu saya disuguhkan minuman kopi oleh istri tercinta. Eh ternyata, saya coba dan rasanya menggugah selera. Dari situlah awal mula saya dan istri menggeluti usaha kopi khas daerah ini,”jelasnya kepada Kaltengtoday, Selasa (23/6).
Singkat cerita, awal usaha kopinya ini hanya bermodalkan uang tunai Rp 50 ribu saja. Dari 1 kg dirinya membuat, dan pemasarannya pun hanya dari mulut sampai lewat media sosial juga digunakan. “Kira-kira saya dan istri menggeluti usaha ini sejak 2016 lalu. Sekitar 4 tahun sudah kami usaha kopi khas daerah ini,”ujarnya.
Baca Juga:Â Live Streaming 30 Jam Nonstop, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Raih Rekor MURI
Penjualan Menurun Dimasa Pandemi
Dari 1 kg, menjadi 2 kg sampai pernah 100 Kg/. “Namanya kopi ini adalah robusta. Namun saat ini penjualan merosot akibat wabah Covid-19. Jika sebelum wabah ini 1 bulannya mampu membuat 100 Kg kopi, saat ini hanya 20 kg saja. Ada penurunan sekitar 80 persen,”paparnya.
Jika dulunya laba kotor penjualan yang mencapai 100 kg itu bisa mencapai Rp 10 juta lebih, namun saat ini anjlok sekali. “Meski demikian, kita terus melangkah dan tetap optimis untuk memperkenalkan usaha kopi khas ita Sampit ini,”ucapnya.
Dikatakannya, Kopi Bapinang itu sebenarnya bukan kopinya dari Desa Bapinang. Karena campuran kopinya yang ada khasnya, dan juga karena istri asli orang Desa Bapinang. Tapi memang, kopi Bapinang ini campuran beras dan jahenya. Itu yang ada perbedaan dari kopi buatan daerah lain. tambahnya.
Jika ditanya bagaimana suka dan dukanya usaha kopi Sampit ini tentu ada. Namanya juga usaha, pasti ada naik dan turunya, ada persaingan dan lain sebagainya.
“Sukanya adalah kita bisa mempromosikan nama daerah dengan kopi ini. Apalagi produk kopi kita ini hasil olahan saya dan istri. Bahkan, sempat pengiriman luar daerah seperti ke Riau, Palangkaraya dan kabupaten di Kalteng ini,” ungkapnya.
Discussion about this post