Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Datangnya kemarau tentu menjadi persoalan klasik bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang jauh dari sumber mata air.
Bahkan di desa yang dikepung perairan seperti Juru Banu dan Karang Langit di Kecamatan Paju Epat,Kabupaten Barito Timur pun, kebutuhan air bersih jadi permasalahan rutin saat kemarau tiba.Sedangkan Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur dan Ampah, Kecamatan Dusun Tengah, mungkin agak teratasi dengan adanya saluran pipa perusahaan daerah air minum (PDAM).
Apalagi di PDAM (kini Perumdam) Barito Timur, yang letaknya ada di Desa Haringen, Kecamatan Dusun Timur, mempunyai Embung Sirau sebagai wadah debit air yang dikalkulasi mampu memenuhi kebutuhan warga.
Baca Juga : Debit Air Mulai Berkurang Jelang Kemarau, Masyarakat Diimbau Waspada Kebakaran dan Penyakit
Tentu saja seperti yang dikatakan Direktur Perumdam Tirta Janang, Murnianson SE, ketika masih menjabat sebagai kepala bidang (Kabid) di PDAM Bartim, agar terus mampu mencukupi, kadang harus diatur pergantian mengalirnya. “Karena harus kita bagi secara merata, agar konsumsi air juga tidak over,” ucapnya saat itu.
Bagi yang tinggal di dataran agak tinggi, seperti desa Rodok dan Desa Saing, di Kecamatan Dusun Tengah, di mana tidak teraliri PDAM, kebutuhan air bersih hanya teratasi dengan cara membeli.
Bagi yang tidak mampu, harus berjuang mencar sumber air, dengan berbekal jerigen dan mengangkutnya memakai sepeda motor. Lebih menyedihkan lagi, bagi yang tak punya sepeda motor, terpaksa harus kembali ke jaman ‘baheula’, yaitu berjalan kaki.
“Kalau masih boleh berharap sih, Pemdes di masing-masing desa bisa mengeruk sumber mata air yang ada,supaya daya tampungnya lebih banyak lagi. Ya, berilah pengertian pada warga, agar sabar dulu menunggu dua atau tiga hari sumber air itu jernih kembali dan bisa digunakan. Jika perlu, ajak masyarakat bergotong royong apabila tidak ada anggaran. Pasti warga mau,” ucap Nia,salah satu warga Desa Rodokm tadi Rabu, (31/7/2024).
Baca Juga : Masyarakat Wajib Waspada Ketika Masuki Musim Kemarau Tiba
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sendiri memprediksi musim kemarau di tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adapun puncaknya, adalah di bulan Juli dan Agustus 2024.Kendati demikian, seperti yang dirilis dalam website resminya, BMKG menyatakan musim kemarau 2024 diperkirakan bersifat normal dan atas normal. Masing-masing sebanyak 359 Zom (51,36%) dan 279 Zom (39,91%). Namun, terdapat 61 Zom (8,73%) yang akan bersifat di bawah normal. [Red]
Discussion about this post