Kaltengtoday.com – Tamiang Layang – Kata orang prestasi akademik, adalah buah dari kerja keras dan cerminan kejujuran sistem. Sebab siapa yang mampu, meski ia bukan anak orang berada dan tak berharta, ia akan mampu meraihnya.
Dan melihat masih ada saja anak-anak berprestasi di negeri ini, dalam kondisi ekonomi orang tua yang serba terbatas, sungguh menmilukan hati. Meski banyak program beasiswa, tak semua daerah bisa mengcovernya. Atau, beasiswa hanya mencakup kebutuhan sekolah dan administrasi lainnya. Sebab jika mau jujur, tanyakanlah, apakah saat inimasih ada pungutan, atas nama appun, atau benar-benar sudah tidak ada.
Baca juga :Â Pelaksanaan Ujian Sekolah Tertulis di SMPN 1 Tamiang Layang, Dapat Perhatian Sekda Bartim
Sperti halnya yang dialami Meytri Luisa, siswi SMAN 1 Ampah, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur ini. Ia harus bersekolah sambil bekerja, lantaran kondisi orangtua, terutamaibunya yang penuh keterbatasan. Sementara ayahnya harus bekerja sebagai pekerja lapangan di sebuah perkebunan sawit milik pribadi sanak keluarganya, di Kabupaten Lamandau sana.
Praktis, kebutuhan tiap hari Meytri, tidak serta merta bisa terpenuhi. Untuk mengandalkan nenek kakeknya yang hampir kurang lebih dengan oranguanya, ia tak tega. Juga terhadap paman bibinya yang sudah banyak tanggungan.
“Lagipula saya kesulitan berkomunikasi dengan ibu saya karena keterbatasannya, jadi mumpung ada sahabat saya menawari saya sambut saja. Dengan cara itu saya bisa dapat uang jajan, juga sedikit-sedikit membelikan gula atau kopi untuk keperluan nenek di rumah” akunya lewat telpon, saat dihubungi tadi siang, (Rabu,11/ 5) lantaran sudah berada di Palangka Raya untuk rangkaian awal kegiatan Paskibraka Provinsi Kalteng.
Tentunya tidak mudah pula bekerja sebagai pelayan toko bagi siswa seusia Meytri. Bukan hanya persoalan uang gajian yang baru sebulan sekali ia terima, tapi juga harus menebalkan mental jika orang meremehkannya.
“Puji Tuhan teman-teman baik, Begitupun tante yang punya toko. Sering memberi pinjaman, asal saya bilang untuk keperluan yang jelas. Soalnya kalau mengandalkan kiriman ayah, ya bisa lewat-lewat sedikit,” ucapnya.
Baca juga :Â Sejumlah Sekolah Menengah di Bartim Laksanakan Pesantren Kilat
Ketika ditanya apakah ada dipungut uang tertentu selama proses penerimaan Paskibraka Provinsi , Meytri menggeleng. “Tidak ada. Hanya beberapa kebutuhan kecil, seperti sewa gelang, harus memakai uang sendiri. Makanya saya kemarin meminjam uang ke tante pemilik toko. Potong gaji,” tuturnya seraya tertawa.
Sekadar catatan, Dusun Tengah termasuk kecamatan yang diperhitungkan untuk Paskibra Provinsi Tahun 2018, juga ada seorang siswi asal Kec Dusteng yang menjadi Paskibraka Prov.Meski saat itu terjadi perubahan nilai uang saku bagi peserta Paskibraka Provinsi Kalteng. Yang biasanya mencapai Rp 1 juta ke atas, mendadak hanya Rp 1 juta. [Red]
Discussion about this post