Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Beberapa dari para petani di Kabupaten Barito Timur, khususnya yang berbudidaya lombok atau cabai, sekarang memilih untuk mengurangi penjualan secara partai ke pengepul alias agen.
Menurut Rahmadi, salah seorang pembudidaya cabai dan terong di Desa Wuran, Kecamatan Karusen Janang, hal itu dilakukan dia dan teman-temannya sebagai langkah tengah, untuk meminimalisir makin tipisnya keuntungan.
“Rugi sih tidak, tapi kalau kita jual secara partai ke pengepul, hitungannya tipis sekali, Bro. Sekilo hanya Rp35 ribu. Sementara tadinya bisa berkisar di harga Rp40 ribu sampai Rp45 ribu. Jadi, tetap saja kita melayani mereka, para pengepul, tapi kita batasi jumlahnya,” paparnya yang ditemui sedang bersantai sehabis menjual secara eceran di Tamiang Layang, tadi (Rabu, 20/11/2024).
Baca Juga : Â Program Peningkatan Ekonomi Sangat Membantu Petani
Selain menjual secara partai ke kios pedagang, dirinya juga tak segan menawarkan ke para penjaja makanan seperti bakso, pentolan dan sebagainya. Dan kawan-kawannya di Tamiang Layang memberi masukan, agar caranya melobi ke pedagang lebih diperlunak.
“Orang menawarkan, tapi wajahnya seram seperti marah-marah. Bisa-bisa kaburlah orang. Yang lembut dong, ” ujar Yofan, salah satu teman yang menjadi pembeli Rahmadi, seraya tertawa.
Tapi Yofan mengaku, kualitas cabai para petani di Desa Wuran memang bagus. Selain segar, juga ukurannya lebih sedikit besar.
Sementara di Kecamatan Dusun Tengah dan Kecamatan Paku, di mana juga banyak pembudidaya cabai, mengaku sulit menolak permintaan para pengepul karena sudah adanya ikatan lama di antara mereka.
Baca Juga : Â Bartim Mulai Memasuki Musim Hujan, Petani Optimis Hasil Panen Membaik
Meski harga cabai memang turun, tapi mereka tetap melayani permintaan para pengepul. Dan mungkin berbeda dengan Rahmadi, karena areal lahan mereka biasanya memang luas, sehingga jika dikalkulasi, masih mencapai angka “titik temu”.
“Sisanya, kami angkut ke pasar. Biasanya tiga sampai empat karung, dini hari sekitar pukul 01.00 – 02. 00 WIB memakai mobil pick up, sudah ada rekan kami, penampung barang menunggu di sana,” ujar salah satu ibu pemilik lahan lombok, warga eks transmigrasi Bali, di Desa Netampin, Kecamatan Dusun Tengah  [Red]
Discussion about this post