kaltengtoday.com, Palangka Raya – Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Verteriner, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Palangka Raya, Sumardi mengatakan, adanya wabah penyakit mulut kuku (PMK) di Indonesia, berimbas pada menurunnya stok sapi kurban di Kota Cantik.
Terjadinya penurunan jumlah stok sapi kurban tersebut, seiring adanya kebijakan untuk mengantisipasi penularan PMK.
“Tercatat terjadi penurunan 20-30 persen hewan kurban jenis sapi di Kota Palangka Raya,” katanya, Rabu (1/6/2022).
Baca Juga : Pencegahan Penyebaran PMK Hewan di Barsel Terus Digalakkan
Dijelaskannya, ketersediaan stok hewan kurban di Kota Palangka Raya saat ini, yakni sekitar 600 ekor hewan ternak sapi dan 150 hewan ternak kambing.
Hewan kurban tersebut seluruhnya berasal dari tiga provinsi, yaitu Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
“Sebelum adanya PMK, maka 60-70 persen stok sapi di Kota Palangka Raya berasal dari Jawa Timur. Namun setelah adanya PMK maka pengiriman sapi dari Jawa Timur telah ditutup total,” ujarnya.
Sementara, proses karantina tentu memakan waktu cukup lama guna memastikan kondisi hewan sapi dalam kondisi sehat dan layak untuk diperjual belikan.
Akibatnya, stok hewan kurban yang didatangkan dari daerah Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan, memerlukan waktu pengiriman yang lebih lama, karena jarak yang lebih jauh.
Baca Juga :Cegah Penyebaran PMK pada Hewan, Polres Barsel Turun Tangan Mengawasi
Lebih lanjut Sumardi menjelaskan, diberlakukan ketentuan karantina bertahap yang memakan waktu hingga 14 hari juga berpengaruh terhadap naiknya harga hewan ternak sapi. Karena membengkaknya biaya perawatan sapi selama menjalani karantina.
“Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Palangka Raya terus melakukan pemantauan dan pengawasan hewan ternak yang masuk. Kita juga sudah menyediakan posko PMK di Puswan Kalampangan,” pungkasnya. [Red]
Discussion about this post