Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Keelokan panorama di Bumi Borneo, jelas berbeda dengan di pulau-pulau lainnya di Indonesia. Berbeda dengan di Jawa yang hijau dan basah, berbeda dengan alam yang dominan padang savana seperti di NTT, atau berbeda dengan di Papua yang masih dipenuhi lebatnya belantara. Tapi kekhasan alam di masing-masing daerah inilah yang menjadi selling point kepariwisataan Nusantara.
Di era pemberdayaan wisata desa seperti sekarang, tentu identitas sebuah desa akan berperan penting. Seperti di Dusun Butuh Kaliangkrik, Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang akhirnya dikenal luas dengan sebutan “Nepal Van Java”. Lantaran permukimannya yang berada di lereng Gunung Sumbing, dicat berwarna-warni, mirip perdusunan yang ada di Gunung Himalaya, negara Nepal. Kesatuan visi dan harmonisasi dari konseptor, pemerintah desa hingga kabupaten, berperan penting dalam meng-gol-kan konsep wisata ini.
Baca Juga : Kebun Raya Katingan Jadi Wisata Unggul
Membedah dari perspektif lain, bagi para fotografer, keelokan pemandangan di sebuah desa, tentu akan menjadi tantangan tersendiri. Selain ketajaman intuisi menangkap objek yang menarik, kepiawaian mereka menerjemahkan gambar menjadi “sesuatu yang berbicara” juga berperan penting. Oleh sebab itu, tak heran jika para pembidik gambar ini kerap berkeliaraan hingga ke pelosok desa mencari sesuatu yang menantang.
Demikian pula dengan para fotografer di Kabupaten Barito Timur, yang kebanyakan tergabung dalam Apertur (Asosiasi Photographer Barito Timur). Kerapkali mereka melakukan penjelajahan ke berbagai desa yang ada di Kabupaten Barito Timur, untuk mengabadikan objek-objek yang menggelitik naluri artistik. Di antara desa-desa yang jadi langganan penjelajahan mereka adalah Desa Juru Banu dan Desa Kalinapu,Kecamatan Paju Epat. Di mana dua desa ini (juga Desa Muara Plantau di Kecamatan Pematang Karau), berbeda dengan desa lain di Bartim. Juru Banu dan Kalinapu berada di wilayah perairan,sehingga pemandangan alamnya pun tentu berbeda.
“Di Juru Banu, kalau kita bisa menangkap momen kerbau rawa menyeberang di sungai, itu poin-nya mahal sekali. Tapi bukan itu saja sih. Banyak yang bisa baru di Juru Banu ataupun Kalinapu. Nah, Kalinapu itu kampung perairan yang sekarang perumahan warganya sudah warna-warni. Tak kumuh lagi. Satu objek bisa kita ambil beberapa angle, dan semua bisa punya cerita masing-masing,” tutur salah seorang fotografer senior, Abdul Gafur, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Abdul Gapur Dayak, suatu ketika, saat ngobrol santai dengan media ini.
Baca Juga : Destinasi Wisata Perlu Dukungan Semua Pihak
Sedangkan Herianto, salah satu pehobi fotografi dengan media HP, mengakui ada yang berbeda dengan dua desa tersebut. “Kekhasannya itu lho. Menantang saya untuk bisa menyajikannya dalam fotografi HP. Ya, beberapa saya coba jual di situs penjualan foto amatir. Tapi saya belum terlalu berharap. Itu sambilan saja. Soalnya, saya juga masih mempertajam kemampuan lagi,” ujarnya tadi (Sabtu, 7/10/2023). [Red]
Discussion about this post