kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Pemanfaatan lahan pertanian dengan jenis tanaman non padi, mulai digalakkan oleh beberapa petani di Kabupaten Barito Timur. Di Desa Siong, Kecamatan Paju Epat, para petani yang kebanyakan merupakan warga eks transmigrasi, membudidaya bawang putih dan terbukti berhasil. Kualitasnya pun tidak kalah dengan bawang produksi Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang sudah terkenal dan merajai pasar nasional.
Di Kecamatan Dusun Tengah, yang dikenal merupakan basis pertanian Kabupaten Barito Timur, kini para petani mulai melirik pemanfaatan lahan, dengan komoditas sayuran yang diminati pasar. Selain labu, cabai dan labu putih, pakcoy merupakan sayuran yang tengah jadi semacam tren di Bartim.
Warso, salah seorang pembudidaya sayur, menuturkan bahwa pakcoy cukup laris dan diminati, meski banyak orang yang menanam pakcoy di polybag maupun dengan sistem hidroponik. “Kualitas rasanya tetap beda. Apalagi jika dirawat, maksud saya, dipupuk dengan baik. Usahakan jangan pupuk kimia. Saya kok merasa berdosa ya, kalau menggunakan zat kimia, karena dampaknya pada tubuh konsumen tidak bagus. Lagipula, sebetulnya tiap semprotan juga berpengaruh pada unsur hara dalam tanah,” ujar lelaki keturunan Jawa Timur yang lahir di Ampah, Kecamatan Dusun Tengah itu.
Dari beberapa referensi, pak coy alias brassica rapa chinensis, mulanya berasal dari daratan Tiongkok, yang kemudian menyebar luas di budidaya di Taiwan dan Jepang. Dan setelah beberapa dekade, berkembang hingga ke wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Jika penanamannya dilakukan di dataran tinggi, biasanya di atas ketinggian 1.000 mdpl (meter di atas permukaan laut), maka hasil panennya akan lebih bagus.
“Tapi di sini pun bagus kita kembangkan, dan ini buktinya, saya bisa dapat hasil lumayan dari panen pak coy. Dua bulan sudah dapat dipanen. Sebenarnya, tadinya saya juga belum yakin. Tapi setelah baca majalah, bca internet, permintaan pasar pak coy di Indonesia tinggi juga. Sayang, masih berbanding terbalik dengan ketersediaannya dari tangan petani. Oleh sebab itu, saya mulai meningkatkan produksi, dengan bertanam pakcoy lebih banyak lagi dari sebelumnya yang hanya 1 hektar,” imbuh Warso.
Baca Juga : Ke Bartim, Gubernur Kalteng Lihat Potensi Bendungan Karau Untuk Pertanian
Bupati Barito Timur, Ampera AY Mebas SE MM, pernah mengatakan bahwa petani Bartim, dituntut kreatifitasnya untuk tidak melulu hanya mengandalkan padi saja. Tapi juga komoditas lain, seperti tanaman hortikultura dan sebagainya, yang bisa menghasilkan income di saat padi belum bisa dipanen
Baca Juga :Bupati Bartim Tekankan Pekerjaan RTH Taman Nansarunai Selesai Tepat Waktu
Jika dilihat di zona-zona subur pertanian Bartim seperti di Desa Netampin dan di Desa Sumber Garunggung, seharusnya kesuksesan para petani para petani seperti Warso bertanam sayur, bisa dijadikan contoh serta pemicu semangat petani di kecamatan lain untuk melakukan hal serupa. [Red]
Discussion about this post