Kaltengtoday.com, Palangka Raya – Eksistensi dari pangan lokal di Bumi Tambun Bungai atau sebutan lain dari Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang menjadi andalan dari masyarakat suku Dayak saat ini dinilai semakin menurun akibat cukup banyak tantangan yang kompleks.
Hal ini dikarenakan cukup banyak faktor, deforestasi hutan yang menciptakan perubahan iklim yang ekstrim dan minimnya kesadaran masyarakat, hingga generasi muda sekarang untuk bertani maupun berladang.
Direktur Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) Kalimantan, Sani Lake menerangkan dengan memperhatikan persoalan tersebut, maka pihaknya mencoba mengangkat kembali isu pangan dengan menggelar kegiatan ‘Bakesah Lewu Itah’.
Baca Juga :Â DPRD Seruyan Dorong Generasi Muda Berperan dalam Pembangunan Daerah
“Bakesah Lewu Itah ini merupakan suatu upaya bercerita bersama-sama orang muda, khususnya orang muda Dayak itu sendiri, terkait kearifan lokal mereka berupa pangan lokal,” katanya kepada awak media, Minggu (1/9/2024) malam.
Persoalan pangan lokal juga menurutnya juga terancam dikarenakan berbagai praktek industri yang kerap kali mengabaikan habitat dari pangan lokal, seperti kebun, hutan, dan sebagainya.
“Di Bakesah Lewu itah ini anak-anak muda di ajak untuk menceritakan tentang kampungnya, apa yang dimiliki, teristimewa berbagai jenis pangan lokal yang mereka punya yang tentunya telah turut membentuk mereka sebagai masyarakat adat, dengan segala budayanya hingga saat ini,” terangnya.
Pangan lokal penting, menurutnya, karena itu menjadi satu modal bagi masyarakat Dayak, yang secara kesehatan dapat berkelanjutan secara kesehatan, serta menjawab tantangan zaman.
“Jika lebih banyak memproduksi, merawat pangan lokal, hingga mengkonsumsinya, maka kita akan mempunyai masa depan generasi yang lebih baik dan sehat,” tegasnya.
Ajakan pihaknya kepada generasi muda yakni melalui media fotografi dan tulisan, sehingga hal itu dapat menjadi dokumen publik dan pribadi khususnya. Dan, melalui kegiatan tersebut juga pihaknya mengharapkan adanya transfer nolite (pengetahuan).
“Transfer ilmu ini dilakukan generasi muda yang kami ajak yakni tentang budaya mereka sendiri untuk generasi berikutnya, juga ke dunia luar. Itu penting, sebab dengan dunia luar juga ingin mengenal orang Dayak, misalnya lewat pangannya, sehingga identitas Dayak dapat dilihat dari makanan lokalnya,” ungkapnya.
Baca Juga :Â Teras Narang Sampaikan Pesan Ini ke Generasi Muda GKE
Suku Dayak sendiri menurutnya memiliki begitu banyak jenis makanan lokal. Maka dari itu, JPIC Kalimantan yang bekerja sama dengan Kemendikbud berupaya mengangkat kembali eksistensi pangan lokal Kalteng, khususnya benih pangan lokal yang mesti di jaga, rawat untuk masa depan.
“Terdapat cukup banyak macam potensi pangan lokal, seperti Padi, Singkong, Umbi-umbian, Sayur-sayuran seperti Kelakai atau tumbuhan jenis paku, Ikan, hingga pun hewan buruan yang masih masuk ke yang tidak dilindungi. Begitu banyak di kampung-kampung yang dapat dimanfaatkan,” tutupnya. [Red]
Discussion about this post