kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Aplikasi KitaMaanyan yang belum lama ini dibuat dan diluncurkan oleh Dede Al Mustaqim, pemuda asal Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, mendapatkan respon hangat di kalangan warga masyarakat, khususnya generasi muda. Teknologi berbasis instalasi pada android yang dibuat Dede, menjadi pionir aplikasi yang mengenalkan Barito Timur di Kalimantan Tengah, bahkan barangkali di Indonesia.
Meski demikian, anehnya, Dede mengaku justru belum terlalu berfikir royalti atas hak ciptaannya tersebut. “Belum terfikir untuk mendaftarkan Hak Kekayaan Atas Intelektual (HAKI). Malah kalau ada yang minta aplikasinya, saya kasih saja, cuma-cuma. Soalnya di PlayStore juga belum kita sediakan,” ujarnya lewat komunikasi seluler seraya tertawa (Selasa, 2/05/2023).
Dalam membangun aplikasi ini, Dede mengaku memakai anggaran pribadi. Meski jika kemudian ada organisasi perangkat daerah (OPD) yang hendak memakainya untuk kepentingan promosi atau lain-lain, pemuda yang juga menggeluti fotografi ini pun mempersilahkan juga.
Baca Juga : Â Dorong Terwujudnya Smart City, Kecamatan Pahandut Luncurkan Aplikasi Si Kecap Manis
“Murni swadaya. Karena senang aja. Saya tidak minta dana ke pemerintah (daerah) dan tidak berharap juga nantinya. Yang terpikirkan adalah bagaimana aplikasi ini bisa berkembang semakin besar, dan saya bisa menggandeng beberapa kontributor. Yang bisa memasok foto, informasi, kosakata untuk Bahasa Maanyan dan sebagainya. Dan ada yang memberi masukan, agar juga mengangkat Bahasa Pangunraun, yang merupakan bahasa asli Dayak Maanyan,” papar Dede.
Aplikasi KitaMaanyan sendiri saat ini, menjadi alternatif untuk melihat rujukan lokasi wisata, tempat -tempat hiburan di Bartim, pengetahuan umum, kamus Bahasa Maanyan dan yang sedang diinginkan Dede, adalah mengakomodir pelaku UKM agar dapat dirujuk juga menjadi One Stop Shopping pula dalam aplikasi.
Baca Juga : Â Diskominfo Harapkan Aplikasi Siskeudes Dirasakan Seluruh Desa di Kotim
Menanggapi karya generasi muda Bartim ini, Roby Navela, pelaku seni asal Bartim yang kini bekerja pada produksi kreatif di Jakarta, menyatakan respek dan dukungan penuhnya.
“Dia belum berpikir memproteksi karya ciptanya. Masih nothing to loose aja. Bener sih. Tapi kita yang harus mengapresiasi serta turut melindungi karya kreasi mahalnya itu. Maaf-maaf kata, jangan sampai ada oknum personal atau institusi, yang memanfaatkan aplikasi ini sebagai bahan untuk mendapatkan anggaran, lalu Dede sebagai kreatornya malah tak dihiraukan,” ucap pemuda yang kerap terlibat dalam beberapa proyek film daerah lain, maupun magang di industri perfilman pusat tersebut.[Red]
Discussion about this post