Kaltengtoday.com, Lifestyle – Belakangan ini, ramai fenomena mom-shaming yang sering dibicarakan di media sosial. Baik curhatan para ibu maupun komentar-komentar dari postingan terkait pola asuh atau parenting.
Apa itu Mom-shaming?
Mom-Shaming adalah tindakan kritik yang bahkan menjurus ke arah mempermalukan ibu terkait cara mereka mengasuh dan membesarkan anaknya.
Di era digital seperti sekarang, para ibu kerap menjadi sasaran kritik, baik dari orang-orang terdekat maupun warganet di media sosial. Tak jarang, kritik yang dilontarkan bukan hanya menyakitkan, tapi juga dapat mempengaruhi mental dan emosional para ibu.
Pola Asuh dan Komentar Negatif
Banyak ibu yang mendapatkan komentar negatif terkait pola asuh mereka. Ada yang dikritik karena memberikan ASI terlalu lama, ada pula yang dicemooh karena memberikan susu formula. Ada ibu yang dianggap terlalu memanjakan anak dengan memberi gadget, sementara yang lain dianggap terlalu keras karena menerapkan disiplin ketat. Semua ini menunjukkan bahwa setiap ibu seakan tidak pernah luput dari sorotan dan penilaian negatif.
Baca Juga :10 Daftar Tas Branded Termahal di Dunia, Ada yang Harganya 100 Miliar
Contoh Kasus Mom-Shaming
Salah satu contoh kasus yang cukup menyita perhatian adalah kisah seorang selebriti yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Di media sosial, ia kerap membagikan momen kebersamaan dengan sang anak, termasuk saat memberi makan dengan susu formula. Tak disangka, ia menerima banyak komentar pedas dari netizen yang menyebut dirinya sebagai ibu yang tidak bertanggung jawab karena tidak memberikan ASI eksklusif.
Komentar-komentar tersebut tentu sangat menyakitkan dan bisa berdampak pada kesehatan mental sang ibu. Padahal, setiap ibu pasti memiliki pertimbangan dan alasan tersendiri dalam memilih pola asuh yang terbaik untuk anak mereka.
Tips Menghadapi Mom-Shaming
- Percaya Diri dengan Pilihan Sendiri: Ingatlah bahwa setiap ibu adalah yang paling tahu apa yang terbaik untuk anaknya. Jangan biarkan komentar negatif membuat kita justru meragukan diri sendiri.
- Cari Dukungan: Bergabunglah dengan komunitas ibu-ibu yang memiliki pandangan serupa. Dukungan dari sesama ibu bisa sangat membantu untuk saling menguatkan dan berbagi pengalaman.
- Batasi Penggunaan Media Sosial: Jika mom-shaming datang dari media sosial, pertimbangkan untuk membatasi penggunaan media sosial atau mengatur privasi akun masing-masing. Fokuslah pada hal-hal positif dan jauhi komentar yang tidak membangun.
- Edukasi Lingkungan Sekitar: Jika mom-shaming datang dari orang-orang terdekat, cobalah untuk mengedukasi mereka tentang pilihan pola asuh yang dipilih. Jelaskan bahwa setiap keluarga memiliki cara yang berbeda dalam merawat dan membesarkan anak.
- Fokus pada Kebahagiaan dan Kesehatan Anak: Pada akhirnya, yang paling penting adalah kebahagiaan dan kesehatan anak. Selama anak tumbuh dengan baik dan bahagia, tidak ada alasan untuk merasa malu atau tidak percaya diri.
Mom-shaming adalah fenomena yang menyakitkan dan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental para ibu. Namun, dengan percaya diri, mencari dukungan, dan fokus pada hal-hal positif, para ibu bisa menghadapi mom-shaming dengan lebih baik.
Baca Juga :Â Jelang Hari Raya Idul Adha, Berikut Tips Pengelolaan Daging Qurban yang Baik dan Benar
Ingatlah bahwa setiap ibu memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anak, dan tidak ada yang lebih tahu apa yang terbaik untuk anak selain ibu itu sendiri. Jadi, tetaplah percaya diri dan jangan biarkan komentar negatif merusak kebahagiaan kita dan keluarga.[Red]
Discussion about this post